Sampai tiga hari berlalu, tidak ada yang bisa mereka perbuat di dunia asing ini. Made dan tim sedang duduk-duduk di mall dan dilanda kebosanan. Pada saat itu, Made Oka dan Marwan mengobrol, sementara Herman duduk di meja sebelah mereka. Ia menulis sendirian di meja itu.
“Wan, tidak usah sungkan denganku,” bujuk Made, “kau tahu sendiri gelarku Ph.D. Engineer dari University of Hawaii adalah karena kontribusi ide-idemu.”
Marwan menengok dan sejenak memperhatikan air muka mantan kakak kelasnya yang sewaktu sama-sama mendapat beasiswa di universitas itu.
“Kamu sebenarnya sudah tahu naga dari langit itu apa. Jelaskan, dong,” ujar Made.
Marwan berpaling kembali sambil berkata, “Baiklah, kembali ke soal neutrino. Neutrino yang mengapung dari permukaan planet membentuk ionosfer yang semakin tebal untuk mencegah sinar berbahaya dari Matahari dan hal lainnya. Sementara itu, lapisan ionosfer planet menjadi semakin tebal dan semakin sempurna. Hal demikian menimbulkan iklim permukaan planet semakin sejuk, terbukti dengan semakin melebarnya daerah dingin pada kedua bagian kutub bumi.
"Sementara neutrino yang mengapung dari bintang-bintang akibat terjadinya proses carbon cycle atau proton-proton cycle, pada mulanya berwujud Nebula, awan yang berada di antara bintang-bintang. Kemudian Nebula tersebut saling bergabung menjadi Komet.”
“Itu aku sudah tahu dari penjelasanmu bahwa wujud konkret yang paling kecil adalah elektron, positron, dan non partikel yang tidak bermassa atau neutron. Dari neutrino itu pulalah aku memanfaatkan rekaman-rekaman masa lalu untuk mesin waktu yang sekarang kita berada dalam dimensinya,” sahut Made Oka. “Tapi yang ingin kutahu bagaimana hubunganya antara Komet sehingga mengakibatkan orbit bumi dan planet-planet menjadi terdorong ke utara dan selatan ekliptik dalam orbitnya terhadap matahari?” Made semakin penasaran. “Aku masih ingat kamu pernah bilang bumi memasuki Abad Es diakibatkan orbit bumi terhadap matahari, terdorong ke utara dan selatan pada ekliptiknya. Akibatnya bumi bagian utara dan selatan ekliptik tidak terjangkau oleh sinar matahari dan cuaca menjadi beku.”
“Jadi begini,” sahut Marwan, “kita tahu bahwa Neutron bersifat antipartikel tetapi saling bergabung dengan sesamanya, atau kita sebut Kohesi. Komet pun senantiasa lari dari bintang-bintang yang beredar, dan semakin cepat melebihi kecepatan sinar. Dia terbentur pada tata surya yang menghalangi. Tata surya itu langsung terseret karena neutrino yang ada padanya bergabung di komet, lalu tampaklah komet itu bagaikan bintang berekor panjang. Benturan komet itu disebut kehancuran total di permukaan planet-planet kelak. Tetapi yang terjadi pada bumi di Era Pliosen yang menjadi penyebab perubahan cuaca menjadi beku adalah karena komet itu hampir menyeret matahari di tata surya ini saja.”
“Memang sulit dipahami bila Sains masih mengatakan bahwa komet itu terbentuk dari kumpulan debu dan gas yang membeku menjadi es,” sahut Made Oka. “Sementara kedatangan komet itu sendiri sulit diprediksi, jadi wujud itu pun masih berupa asumsi. Belum lagi ukurannya yang diasumsikan lebih kecil daripada matahari. Itulah sebabnya aku lebih paham dan sudah memanfaatkan neutrino atau elektron bebas, yang aku catat dan kamu katakan Elektron dan positron adalah entitas netral yang melingkupi proton, oleh sebab itu dinamakan neutron.”
“Aku lanjut, nih.” Marwan menyela.
Made Oka tersenyum, lalu mempersilakan.
“Pergantian musim terjadi karena Bumi bergerak terdorong ke selatan dan utara ekliptik dalam orbitnya terhadap Matahari," ujar Marwan. "Semua dimulai sejak ada banjir besar di zaman Nuh. Gerak planet yang melenggang dari selatan dan utara demikian menimbulkan pergantian musim yang semakin pendek waktunya dari abad ke abad, sejalan dengan amplitudo pendulum yang semakin pendek.”
“Jadi semua itu penyebabnya adalah komet?” simpul Made Oka. Marwan mengangguk membenarkan kesimpulan sahabatnya.
"Aku nggak masalah soal orbit zigzag ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang menyatakan status bumi miring terhadap matahari," sahut Made Oka. "Hal itu kebalikan dari paparanmu pada penanggalan Lunar Year yang dimulai dari Hari Gerhana Matahari, ditandai bahwa sorenya pasti ada Hilal Bulan di ufuk barat. Saat itu seharusnya terjadi gerhana penuh di tempat tertentu pada ekuator Bumi. Adanya penumbra atau gerhana tidak penuh juga menjadi bukti teorimu bahwa Bumi dalam orbit keliling Matahari terdorong ke utara dan selatan garis ekliptik."
Made menyilangkan kedua tangannya di dada lalu merebahkan punggung pada sandaran kursi. Sesaat, ia melihat Herman. “Kau lihat anak itu,” ujarnya.
Marwan menengok ke arah yang ditunjuk oleh wajah Made. Ia melihat Herman sedang memperhatikan mereka.
Marwan tahu Herman menguping obrolannya dengan Made Oka. Ketika Herman sadar dilihat oleh keduanya, ia menundukkan muka dan menulis sesuatu pada buku catatannya.
“Kamu punya penggemar baru,” kata Made. Marwan tersenyum saja dan menganggap hal itu biasa.
Pada saat itu, Jhaansen datang lalu mengambil tempat duduk di samping Herman. "Lagi ngapain?" tanyanya. "Kuperhatikan akhir-akhir ini kamu rajin mencatat setiap omongan Pak Marwan."
"Iya, Om Jhaan," sahut Herman tersipu, "siapa tahu catatan-catatan ini berguna nanti."