Atut Baton adalah alun-alun ibu kota Itong Ahuan. Itu merupakan tempat pembukaan Festival Mandi Cahaya Matahari pada pergantian milenium, puncak acara yang digelar tiap tahun.
Tahun ini mejadi istimewa karena selain menyambut tahun baru, juga menyambut milennium baru. Jalan di sekeliling alun-alun dihiasi cahaya lampu beraneka warna. Umbul-umbul dan kertas-kertas hiasan membuat koridor jalan semakin meriah.
Sudah beberapa hari Amanda dan Herman berada di Atut Baton dan sekarang adalah malam menyambut pergantian milenium.
Sebuah panggung telah disediakan di alun-alun Atut Baton. Keramaian berpusat dari tempat ini.
Amanda dan Herman duduk di bangku taman yang tidak jauh dari panggung. Kerjaan panitia yang paling sibuk sekarang adalah bagian teknisi listrik dan ceremonial.
Seorang pemandu acara mempersilakan seorang tokoh penting naik ke mimbar. Lalu seorang pria kulit hitam mengenakan setelan jas dari kain sutra bersulam benang emas, melangkah ke mimbar sambil menebar senyum. Pria ini adalah pemimpin masyarakat Medensidor sekaligus Presiden Federasi. Lampu-lampu blitz menyala mengambil gambar orang nomor satu federasi yang kharismatik ini.
Acara pembukaan festival malam ini digelar. Pemandu acara mempersilahkan Presiden Federasi Itong Ahuan untuk memberikan sambutan sekaligus menandai festival ini resmi dibuka. Dengan sikap bersahaja dan tegas, ia berbicara di atas mimbar.
"Saya yakin banyak yang punya kenangan yang sama dengan saya ketika milenium kemarin. Ketika itu kita masih anak-anak." Mr. President membuka pidato. "Selain sedikit yang kita ingat, kita hanya mendengar cerita dari orang tua kita. Kali ini kita merayakan langsung!"
Sorak-sorai peserta menyambut ucapan pemimpin bertubuh atletis itu. Suara Mr. Presiden diperdengarkan ke setiap sudut alun alun. Namun, yang berdiri jauh dari alun-alun masih bisa melihat Mr. President lewat monitor virtual besar yang dipasang di beberapa sudut alun-alun dan penonton di rumah-rumah bisa melihat lewat TV yang disiarkan langsung ke seluruh dunia.
Banyak orang yang datang langsung bersama sanak saudara, bahkan pasangan masing-masing. Pasangan sejenis juga bercampur di lapangan meyambut festival dengan sukacita.
"Atas nama kita semua, festival saya buka dan saya berikan kehormatan memukul gong kepada kekasih saya tercinta, Mr. Lada Murag!"
Dengan bangga, Mr. President memberikan jalan kepada seorang pria flamboyan untuk naik ke mimbar menyambut uluran tangan pemimpin Itong Ahuan disertai ciuman mesra. Lalu kekasih Mr. President menyambut pemukul gong yang diberikan oleh panitia.
Gong mulai dipukul berkali-kali dengan hati-hati.
Gong, gong, goooong! Tiga kali pukulan gong telah menandai acara resmi dibuka. Semua orang bersorak-sorai menyambut peresmian pembukaan festival ini. Lalu suara sirine membahana ke mana-mana, disusul balon-balon beraneka warna dilepas ke angkasa.
Setiap keluarga saling berpelukan dan para kekasih berciuman. Tentu saja sepasang kekasih yang menjadi ikon festival ini, yakni presiden juga tengah memeluk kekasihnya dengan ciuman di bawah kilatan cahaya lampu blitz.
Kegembiraan berpindah ke panggung-panggung musik dan penonton turut bergoyang sesuai irama. Minuman beralkohol mulai dibagikan. Setiap pasangan menari dan bersenang-senang.
Semua ini ditonton oleh Herman dan Amanda dari kafe sebuah hotel yang letaknya tak jauh dari Atut Baton. Suasana hotel biasanya nyaman, tetapi kali ini hotel berupa gedung pencakar langit seperti pasar malam, ramai oleh lalu lalang orang. Meja-meja yang tersedia telah penuh.
Di sudut ruangan, ada beberapa kamar yang melayani pengepangan rambut. Ada banyak poster yang memaparkan contoh berbagai model kepang rambut. Ini adalah sebuah bisnis yang menguntungkan dan terbukti banyak yang antre.
"Rasanya tidak percaya semua hidup seperti surga seperti ini bakal lenyap …. " Gumam Herman dengan kedua bola mata memandang lurus ke depan.
Herman tidak sedang melamun. Di depan matanya terpampang denyut nadi sebuah kota metropolitan yang glamor yang ditampilkan pada televisi sebesar meja pingpong.
"Apa lagi mereka melakukan penerbangan antar planet sudah seperti pergi ke toilet saja," Ujar Amanda.
"Benarkah?" Sahut Herman hingga perhatiannya teralihkan mendengar penuturan kekasihnya yang cantik. "Apakah manusia zaman ini sudah ketemu dengan alien… ?”
"Kita salah lagi tentang alien! " Sanggah Amanda. "Ternyata planet-planet di tata surya ini semua berpenghuni manusia seperti kita di bumi ini. Bumi ini ya seperti planet-planet lainnya! "
"Masa sih!?" Ujar Herman tidak percaya.
Amanda maklum pacarnya menyangsikan komentarnya.
"Coba kamu lihat iklan yang tayang itu, " Ujar Amanda. Lalu Herman memperhatikan iklan pada TV yang ditunjuk Amanda.
Iklan yang berupa film pendek menggambarkan sebuah tempat yang indah dan ramaikan dikunjungi.
"Sepertinya itu iklan traveling ke tempat ini untuk menikmati keindahan sphinx dan piramid-piramid-nya? " Ujar Herman memberikan pendapatnya. "Tetapi mengapa ada pesawat luar angkasa nya? Tidak masuk akal orang pergi ke Atut baton ini lewat luar angkasa? '
"Salah! " Sanggah Amanda.
"Salah ya. " Sahut Herman "Apakah ada sphinx dan piramida-piramida di tempat lain? "
Herman mencoba menebak terus. "Adanya piramida-piramida di tempat lain di bumi ini bukan hal yang mengherankan aku lagi. Fungsinya kan sama sebagai monumen dan penanda kekuasaan wilayah mereka.”
"Hampir betul," Sahut Amanda, "Tapi yang di iklan itu sphinx dan piramida-piramida yang letaknya di planet Mars! "