Ribuan orang berada di depan penjara Bastille. Di jalur masuk penjara ini, orang-orang desa memberontak. Kerusuhan meletus akibat kastil dan biara yang dijarah dan dibakar. Benteng Bastille terbakar api besar. Puncak-puncak bangunan dan menara mengepulkan asap hitam yang membumbung tinggi.
Seseorang berdiri di atas sebuah bangku melakukan orasi untuk menyemangati para pemberontak. Orasinya disambut sorak-sorai pekikan patriotisme yang bergelora dan membahana sampai ke langit.
“Vive la nation![1]" teriak seorang petani sambil mengacungkan tangan kanan yang memegang tongkat. Bendera Perancis terikat pada tongkat yang dipegangnya.
“En avant![2]" seru yang lain mengajak orang-orang yang bergerak di belakangnya supaya maju terus ke arah pintu penjara Bastille. Orang ini memegang sebatang tombak terhunus. Banyak di antara para penyerbu membawa senjata api.
"Alasan penyerbuan penduduk terhadap penjara Bastille adalah raja bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat. Rakyat ingin Revolusi menghancurkan simbol kekuasaan raja. Rakyat ingin membebaskan para tokoh dan pimpinan politik yang dipenjara di benteng Bastille ini," ujar Monsieur Duran memberikan keterangan.
Meskipun Eleonore, Austin, Eliot, Amanda, dan Geoffry mendengarkan penjelasan Monsieur Duran, tetapi kelima pemuda-pemudi itu tidak melepaskan pandangan dari aksi penyerbuan dengan wajah tegang.
"Rakyat menjadi lebih marah ketika mendapat kabar tentang pengumpulan pasukan kerajaan yang berjumlah 20.000 orang untuk membubarkan Dewan Nasional dan melawan Revolusi." Monsieur Duran bicara di antara suara berisik provokasi. "Garda Nasional yang memperkuat pasukan tentara penjaga penjara sekalipun awalnya tidak berniat menumpahkan darah rakyat. Namun, akhirnya memutuskan mengadakan pendekatan represif kepada rakyat," papar Monsieur Duran. Akhirnya dalam setiap kerumunan massa, kericuhan tidak dapat dicegah.
Di antara barisan Garda Nasional, ada pihak pendukung Raja yang mencoba meraih simpati dari pihak rakyat.
“Vive, la cocarde noire![3]" Terdengar teriakan kegembiraan dari pendukung raja.
Seorang aktivis wanita menegaskan kedudukan Raja. "À Versailles! Ramenons le Roi![4]”
Klaim mereka tentu saja berbanding terbalik dengan keinginan para petani yang sudah muak selama ini oleh tindakan semena-mena dari monarki. Pergerakan massa semakin menggila manakala di antara mereka ada rombongan penyerbu yang membawa sebuah patung lilin.
“Je vous le prete! Ne le faites pas fonder![5]" teriak seseorang yang berpakaian bangsawan. Ia keluar dari pabrik pembuatan lilin dan mengajak para pemberontak tetap bersatu dalam perjuangan ini.
"Seperti semua pejabat yang tiba di Paris datang ke Bastille, di sinilah tempat Monsieur Mirabeau, bangsawan yang berpihak kepada rakyat bergabung dengan mereka." Monsieur Duran menjelaskan pada mereka apa yang terjadi ketika melihat banyak golongan bangsawan dalam kerumunan pihak petani.