Kamar ini sepi dan gelap. Sesepi dan segelap jalanan di luar sana. Ini sudah lewat tengah malam. Aku masih berbaring di atas tempat tidur tak bisa memejamkan mata. Pikiranku melayang-layang kembali ke masa lalu. Aku tak bisa mengendalikannya. Setiap kali pikiranku mengendalikanku dan menggangguku, aku teringat kata-kata Rina. Kendalikan pikiranmu. Jika tidak, pikiranmu yang akan mengendalikanmu. Dia benar. Ah, kenapa dia selalu benar dalam setiap hal?
Pikiranku, perasaanku, dan segala intuisiku seolah seperti berkonspirasi untuk melawanku. Mereka bersekongkol untuk membuatku tetap terjaga dan sibuk memikirkan segala sesuatu yang sudah kutinggalkan dua tahun yang lalu. Setiap kenangan menyenangkan, kenangan pahit, dan kenangan menyedihkan yang kami lalui bersama. Hampir tujuh tahun kami lalui bersama. Itu bukanlah waktu yang singkat. Aku dulu berpikir kalau aku lah orang yang paling mengetahui dan mengenal sosok Rina. Sampai sekarang pun sepertinya aku masih ge-er dengan asumsi itu. Aku salah. Aku salah menilai diriku dan aku salah menilai Rina. How on earth you can be so sure you know someone’s heart deeply?
Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian di Kota Tua itu, tapi bayangan Rina justru semakin nyata. Di mana dia sekarang? Kudengar dia sudah pindah ke Jakarta juga. Aku benci waktu-waktu seperti ini, ketika aku disiksa dengan pikiran-pikiran yang berkutat dengan masa lalu tanpa ada yang bisa kulakukan lagi. Tapi di setiap kenangan masa lalu yang kau ingat kembali, ada perasaan enggan untuk menghentikan memutar ulang semua adegan itu.
Malam ini terasa seperti malam yang menyiksaku. Tidak biasanya aku insomnia begini. Apalagi memikirkan seorang perempuan yang sudah lama pergi dari hidupku. Tidak pernah ada kontak. Tidak pernah ada pertemuan secara tak sengaja. Completely gone. Apakah dia pernah memikirkanku barang semenit saja? Pernahkan terlintas di benaknya untuk menghubungiku, atau setidaknya melihat-lihat akun media sosialku layaknya kebiasaan para perempuan? Rina dulu sering menstalking beberapa teman dan dua orang mantannya, begitu juga dengan Stefani. Seringkali aku menertawakan mereka. Aku bilang apa enaknya melihat-lihat cuplikan kehidupan mantanmu di akun media sosial? Kini justru aku sendiri yang termakan kata-kataku. Rasa penasaranku pada Rina membuatku berpikiran untuk menstalking akun Instagramnya. Apakah dia masih sama seperti Rina yang dulu? Rina yang manja dan menyebalkan, tapi yang sekaligus kehadirannya selalu kunanti-nantikan. Ah… berpikiran apa sih aku ini?