All the Way to You

judea
Chapter #7

Rina

“Kamu sudah gila?!” Suaranya yang keras dan lantang membuat beberapa pengunjung kedai burger cepat saji tempat kami makan melihat ke arah kami berdua dengan tatapan annoyed.

Aku memberikan kode dengan kedua tanganku pada Tina untuk mengecilkan volume suaranya.

Move on, girl!” Entah kenapa aku merasa sangat terganggu dengan kata-katanya ini, apalagi ditambah dengan wajahnya yang berubah sinis. Dia benar, tapi tak tahu kenapa aku terusik sekali dengan kata-katanya barusan. “Apa yang kamu harapin dari dia? Kalian udah putus dua tahun yang lalu. Itu waktu yang lama.”

Aku mendengus. Kesal. Tapi di saat yang sama speechless. Aku tahu ini sangat konyol. Setelah dua tahun kau susah payah move on, melanjutkan hidupmu dengan senormal-normalnya. Kini kau malah berputar balik kembali ke masa lalu. Apa esensinya kembali ke masa lalu? Memperbaiki yang lalu tidak bisa mengubah masa kini apalagi masa depan. Masa lalu itu letaknya di belakang. Sudah terjadi, sudah berlalu. Tak bisa lagi diutak-atik.

Tina menatapku dengan tatapan tak percaya. Dia pasti sangat syok saat mendengar ceritaku tadi. Kini dia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menyibakkan rambutnya yang menutupi wajahnya ke belakang. Kecanggungan menyeret kami ke dalamnya.

“Hei,” Tina memecah keheningan dan kecanggungan kami. Dia memang tak tahan dengan long silence. “Rin, sudahlah… Let it go. Let him go. Ok?”

Aku tahu dia mengharapkan anggukan kepala dariku. Aku menyerah padanya dan setuju pada kata-katanya, tapi justru sebaliknyalah yang kulakukan.

“Argh! Kau memang keras kepala!” gerutunya dengan desperate. Kini dia menatapku semakin dalam dengan kening berkerut-kerut dan jari tangannya yang mengetuk-ngetuk meja. Kepalanya mengangguk-angguk kecil seperti sedang memikirkan suatu rencana besar agar aku mau mematuhinya.

“Aku tidak bisa, Tin. Ada yang harus kuselesaikan dengannya.”

“Apa?”

“Aku harus meminta maaf dan memperbaiki semuanya.”

“Memperbaiki apa?”

“Masa lalu.”

“Bah!”

“Sungguh, Tina, maksudku aku tidak ingin dihantui perasaan hati yang mengganjal seperti ini.” Kali ini aku menyerah. Terserah dia mau mendukungku atau tidak, aku akan tetap menghubungi Indra. Cepat atau lambat.

Lihat selengkapnya