“Jadi, payment sudah beres? Saya pinjam bukunya dong.” Manajerku sudah berdiri tepat di samping kursiku. Sejak kapan dia berada di sana? OMG! Ke mana saja aku dari tadi?
Aku jadi gelagapan menghadapi atasanku itu. Apalagi dengan posisinya yang berada di dekatku. Sudah pasti aku ketahuan sedang melamun. Lagipula, kenapa aku bisa melamun di tengah jam kantor begini, sih?!
“Ah, sudah, sudah, Pak.” Karena panik, aku tak bisa menemukan buku bukti penyerahan payment yang sudah ditandatangani staf akunting. Tanganku gelagapan menggeledah laci dan rak yang berisi tumpukan kertas dan beberapa buku.
“Kamu nyari apa, Rin?” Suara atasanku semakin terdengar mendesak.
Aku membenahi posisi dudukku. “Ehm… Bukunya, Pak. Tadi sepertinya saya taruh di rak, tapi kenapa nggak ada, ya?” Mataku menebarkan pandangan ke manapun yang dia bisa, yang penting menghindari tatapan atasanku.
“Ini bukan, sih?” Jarinya menunjuk ke buku besar yang sedang terbuka jelas di atas mejaku. Di atasnya terletak ponselku. OH MY GOD!
“Eh, i-iya, Pak. Maaf saya keder.” Segera kubenahi buku itu lalu kuserahkan padanya. Aku merasa sangat tidak enak. Bagaimana bisa aku menjadi tidak fokus begini?
Manajerku hanya melihatku dengan tatapan bingung, sementara aku menghindari tatapan matanya sebisa mungkin.