Kamu udah tidur? 22.05
Belum 22.06
Tumben kamu belum tidur? 22.06
Aku nungguin kamu, Indraku sayaaannnggg 22.06
Katanya mau ngobrol? 22.06
Oi 22.38
Sorry tadi lagi nonton film 22.38
Ayo ngobrol 22.39
Sini 22.39
Rin? 22.57
Dah tidur ya? 23.00
Keesokan harinya, seperti biasa, Rina akan marah dan baper. Dia akan komplain karena merasa ditinggalkan sendirian, karena aku tidak menepati kata-kataku, aku tidak peduli dengannya dan mencuekkannya. Berapa kali aku melakukannya? Entahlah… sepertinya semakin mendekati berakhirnya hubungan kami, aku semakin sering melakukannya. Menurutnya aku semakin tidak peduli dengan bagaimana mempertahankan komunikasi diantara kami. Hal yang kupikir biasa saja, tidak ada artinya, justru malah berdampak luar biasa pada perasaannya. Aku tidak bermaksud apapun, apalagi bermaksud jahat, tapi aku hanya bosan. Aku ingin me time dan menghibur diri dengan menyendiri... dan kuakui aku merasa bosan dengan hubungan kami di saat-saat tertentu. Aku tidak bermaksud meninggalkannya selamanya. Aku hanya terkadang merasa jenuh dan butuh waktu menyendiri. Sementara dia… Dia membutuhkanku.
“Psst! Psst!”
Aku mengangkat wajahku dari layar ponsel sambil melayangkan pandangan ke sekeliling, mencari sumber suara itu.
“Psst!”
Suara siapa itu? Dahiku mengernyit. Itu bisa suara siapa saja dan bisa ditujukan pada siapa saja. Kenapa aku harus merasa suara itu untukku?
“Psst!”
Suara itu semakin menggangguku. Tak lama suara itu berubah menjadi kekehan menyebalkan yang sangat familiar di telingaku. Roy sialan.