All the Way to You

judea
Chapter #16

Indra

Aku rasa cukup sampai di sini saja komunikasi kami hari ini. Aku tidak mau melanjutkannya lagi. Aku bisa saja meladeninya, tapi kuputuskan untuk memberi jarak dan ruang diantara kami. Bukannya apa, tapi kurasa sudah cukup untuk hari ini.

“Indra.”

Suara Stefani yang lembut terdengar begitu jelas di telingaku. Aku mengangkat wajahku yang sedari tadi tertunduk sibuk melihat-lihat isi Instagram. Stefani berdiri di hadapanku dengan menenteng dua paperbag bertuliskan merek fashion terkenal di Jakarta. Wajahnya sumringah dan bahagia. Dia sudah berhasil mendapatkan baju yang diincarnya, plus diskon dan cashback yang membuatnya selalu feeling more than good. Melihatnya tersenyum puas di hadapanku sudah lebih dari cukup. Itu sudah suatu kebahagiaan tersendiri buatku. Dengan malas aku berdiri, beranjak dari tempat duduk dan membenarkan bajuku yang kusut terlipat-lipat saat duduk.

“Ayo, jalan.” Stefani langsung menggandeng tanganku dan berjalan santai menuju ke lantai atas yang merupakan pusat food court dan makanan. Aku membalas gandengannya dengan lebih erat.

“Gimana? Udah happy setelah belanja?” tanyaku sambil melangkah santai.

Stefani tertawa kecil, lalu mengangguk. Dia bilang dia puas sekali dengan shopping hari ini. Dan tentunya bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersamaku. Setiap waktu yang dilalui bersamaku adalah waktu dan kenangan berharga, katanya. Senyuman bangga terukir secara otomatis di wajahku ketika mendengar kata-katanya. Kadang aku suka menjulukinya bucin. Tapi, setelah kupikir-pikir aku pun tak kalah bucin darinya.

“Enaknya makan apa, nih?” tanyaku padanya karena kami sudah berkeliling melewati beberapa food counter dan belum menjatuhkan pilihan. Stefani kelihatan bingung seperti biasa.

“Hmm…” Dia tampak melihat beberapa tempat dan berhenti sejenak melihat isi menu salah satu food counter yang menjual pasta, tapi dia meletakkan menu itu kembali dan melenggang pergi. “Terserah, deh.” Jika dia sudah mengucapkan satu kata jurus pamungkasnya yang penuh makna berbahaya, maka tamatlah sudah riwayatku. Ini artinya dia memberikan sinyal untukku memutuskan tempat makan yang cocok untuk dia, bukan untuk kami. Aku harus berhasil menebak dengan tepat sasaran, which usually I fail. Bagaimana aku bisa sering gagal menebaknya? Aku manusia biasa, bukan paranormal.

How about noodles?” Aku menggandengnya ke arah restoran yang menjual aneka masakan mie. Dia menggeleng.

“Ramen?” Aku masih berusaha memutar otak.

Lihat selengkapnya