All the Way to You

judea
Chapter #18

Indra

Ponsel yang bergetar-getar tiada henti berhasil membangunkanku dari tidur nyenyakku. Aku menggeliat dengan malas di atas tempat tidur. Tanganku bergerak mencari-cari di mana ponselku berada. Getarannya terasa keras dan dekat, tapi sumber getaran itu tak kunjung kutemukan. Aku membatin siapa yang tega membangunkanku pagi-pagi di hari Minggu begini. Tanganku akhirnya menyentuh benda menyebalkan itu yang terus bergetar. Ah, ini dia! Dia terselip di celah antara dinding kamar dan tempat tidur.

Mataku langsung terbelalak saat melihat siapa yang meneleponku. Manajer kantorku. Aku menggerutu dalam hati. Untuk apa sih dia menelepon di hari Minggu pagi? Apa dia tidak tahu ini hari apa? Atau, apakah dia salah ingat hari? Sebelum mengangkat teleponnya aku mengingat-ingat lagi ini hari apa. Aku sudah agak trauma dengan kejadian kemarin saat aku salah hari. Namun, kali ini aku sudah benar. Sekarang hari Minggu.

“Halo, Pak?”

“Halo, Indra. Maaf ganggu kamu hari Minggu gini. Saya mau minta tolong.”

Aku mengernyit. Perasaanku selalu tidak enak ketika dia mulai mengatakan butuh bantuan. Bukannya aku tidak mau membantu, hanya saja entah kenapa permintaannya selalu datang di saat yang tidak tepat. “Iya, bagaimana Pak?”

“Saya mau minta tolong kamu untuk revisi beberapa slide presentasi untuk Senin. Saya baru cek dan ada beberapa yang perlu revisi. Saya akan kirim ke email kamu sebentar lagi. Tolong dikirimkan ke saya revisinya sebelum jam empat sore. Terima kasih.”

“Oh, baik, Pak.”

Telepon ditutup. Aku menggeliat semakin malas. Kedua tanganku menutupi wajahku. Aku masih menggerutu dalam hati karena malas harus bekerja di hari Minggu. Ponselku bergetar lagi beberapa kali. Aku sudah bisa menebak kalau itu pasti manajerku. Benar saja. Namun, yang mengejutkanku bukanlah pesan darinya, melainkan dari Rina. Aku hampir saja tak percaya melihat namanya ada di deretan pesan yang belum terbaca. Aku kira dia tidak akan mau lagi menghubungiku. Terdorong oleh rasa penasaran sekaligus senang karena dia menghubungiku, aku mengabaikan pesan dari manajerku yang menyebalkan itu dan memilih merespons Rina. Dia menanyakan apakah semalam aku pergi ke Central Park karena dia melihat seseorang yang mirip denganku. Dahiku mengernyit kesekian kalinya. Aku membalasnya, kubilang aku tidak di sana semalam. Lalu kutanya apakah dia sering pergi ke sana karena aku pribadi bisa dibilang jarang sekali pergi ke sana. Tidak kusangka dia membalas dengan cepat. Tidak terlalu sering ke sana, katanya, tapi dia cukup menyukai mall itu. Dia melanjutkan pendapatnya tanpa perlu kupancing lebih jauh. Dia suka berjalan-jalan di sana sambil melihat pengunjung yang membawa hewan peliharaan mereka.  

Sering-sering ke sana aja, Ndra 09.05

Lihat selengkapnya