Bagi sebagian orang, kata move on sangatlah mudah untuk diucapkan dan sulit untuk dilakukan. Begitu juga bagi Fauza, sangat sulit. Namun Fauza akan berusaha supaya ia bisa move on dari Alif.
“Za, kamu itu harus move on.” ucap Reere yang merupakan sahabat Fauza.
“Aku udah berusaha Re, tapi gagal.” jawab Fauza pasrah.
“Ayo, Za. Kamu pasti bisa!!” Reere mencoba meyakinkan Fauza bahwa ia pasti bisa move on. Reere tidak tega melihat sahabatnya yang biasanya selalu ceria, namun kini Reere tak pernah melihat keceriaan itu lagi.
Reere tahu bahwa tidak mudah bagi Fauza untuk melupakan Alif begitu saja, semua kenangan bersama Alif masih sangat jelas diingatan Fauza. Hari-hari yang Fauza lalui bersama Alif selalu berwarna. Bahkan disetiap detik dan disetiap menitnya, Alif selalu ada bersama Fauza. Banyak pasangan yang ingin seperti Alif dan Fauza, mereka benar-benar pasangan yang kompak dan romantis. Walaupun begitu, mereka tidak melupakan tugas utamanya sebagai pelajar.
Relationship goals, itulah istilah yang orang-orang diberikan kepada Alif dan Fauza. Mereka sama seperti pasangan lainnya, pernah bertengkar dan pernah berbeda pendapat. Tetapi mereka tahu bagaimana cara mengatasinya, sehingga hubungan mereka kembali seperti semula. Namun kali ini hubungannya tidak bisa dikembalikan seperti semula, seperti abu yang sudah tidak bisa dikembalikan menjadi kayu. Dan tak ada lagi yang memanggil Fauza dengan sapaan Uza.
”Alif benar-benar bermuka dua, Re. Dua hari sebelum dia ngajak putus, kita masih sempet bahas hubungan kita kedepannya mau gimana. Kita punya rencana mau kuliah di kampus yang sama, lulus kuliah dia mau ngelamar aku, abis itu kita nikah.” ucap Fauza kesal, “Tapi kenyataannya, dia yang mengakhiri hubungan ini.” sambungnya.
“Udahlah Za, ga usah kamu bahas-bahas lagi. Semakin kamu bahas, kamu semakin susah untuk move on.” saran Reere kepada Fauza.
“Aku tau banget Alif orangnya seperti apa, Re. Dan kira-kira apa yang bikin dia berubah seperti ini?” tanya Fauza sembari menopang dagunya.
“Za, udah ya. Cukup!!” tegas Reere sembari menambahkan, “Kalau kamu terus mengingat segala hal yang berkaitan dengan Alif, itu ga akan bikin kamu move on. Jadi, lupakan baik buruknya, perhatiannya, kelucuannya, keromantisannya, keinian, dan keituan dari diri Alif.”
“Sebentar, Re.” kata Fauza yang kemudian beranjak dari duduknya menuju ke sebuah lemari buku, kemudian Fauza mengambil sebuah buku kecil dari dalam lemari tersebut.
“Ini.” kata Fauza sembari menyerahkan buku tersebut.
“Buku tabungan?” tanya Reere bingung.
“Iya.” jawab Fauza, “Jadi selama pacaran, aku sama Alif juga nabung untuk masa depan kami nanti. Tapi sekarang udah ga ada gunanya lagi, jadi untuk apa aku simpan uang itu.” sambungnya.
“Terus, untuk apa kamu kasih ini ke aku?” tanya Reere dengan raut wajah yang bingung.