Allegory

Lifya Q. Raida
Chapter #1

The Surprise

Waktu yang telah lama ditunggu akan segera tiba. Tak lama lagi, Desna dan Deshita- sang putri kembar akan berulang tahun yang ke tujuh belas. Tarma dan Ceysa tak sabar untuk menyambut hari spesial tersebut dan ingin merayakannya dengan pesta besar-besaran di rumah. Semua kenalan, teman, saudara, kerabat, dan para kolega telah diundang. Hari yang spesial tak akan datang dua kali, jadi harus dirayakan lebih meriah karena semua orang harus tahu kalau mereka punya putri kembar yang akan beranjak dewasa.

 Tarma yang masih sibuk mengatur jadwal acara dengan event organizer dan Ceysa yang sedang repot menghias berbagai dekorasi di beberapa sudut ruangan seketika didatangi Kamran, tukang kebun mereka.

  “Maaf mengangu Pak, Bu,” ucap Kamran dengan wajah panik. “Tapi ini penting sekali.”

   Ceysa yang merasa konsentrasinya terganggu, melirik tajam. “Ada apa?” tanyanya ketus.

 “Saya baru dapat kabar kalau Desna dan Deshita menghilang. Kata sopir yang menjemput dan telah menunggu beberapa jam di depan sekolah, mereka berdua tak ada. Sudah coba dicari dan tanya sekitar sekolah, tak ada yang tahu. Sudah ditelpon berulang kali, tapi ponsel mereka tidak ada yang aktif.”

  Tarma mengamati jam tangannya yang sudah menunjuk lewat pukul 19.30. Seharusnya Desna dan Deshita sudah pulang sejak siang tadi. Mungkin sampai rumah paling lambat sore hari, kalau ada tambahan pelajaran atau macet di jalan. Tapi sekarang sudah waktu jam makan malam. Selama ini mereka sangat jarang pulang terlambat. Kalau sesekali tak tepat waktu, selalu kasih kabar sebelumnya lewat pesan atau telpon.

   Ceysa kembali mencoba menelpon Desna dan Deshita. Namun ponsel sang putri kembar tak ada satu pun yang aktif.

“Kita harus bagaimana sekarang?” tanya Ceysa cemas. Tak ingin rencana surprise yang telah diaturnya berakhir sia-sia.

 “Coba telpon ke sekolah, wali kelas, atau beberapa teman mereka yang mungkin kamu kenal,” usul Tarma.

  “Aku gak tahu seorang pun teman-teman Desna atau Deshita,” jawab Ceysa seraya menggeleng. “Dan juga gak pernah simpan nomor telpon sekolah dan wali kelas mereka.”

 Tarma menepuk dahinya. “Jadi selama ini, kamu ngapain saja? Masa gak kenal dengan satu pun teman dan wali kelas dari anak-anak sendiri?”

 “Kenapa kamu sekarang malah salahin aku? Aku kan sibuk, banyak kerjaan. Sebagai perempuan, juga butuh waktu sendiri biar gak stres. Dan urusanku gak hanya selalu mengurus Desna dan Deshita saja, masih banyk kepentingan lainnya. Kamu juga pasti gak tahu tentang sekolah mereka, kan?” ujar Ceysa tak terima sembari menyilangkan tangan.

Lihat selengkapnya