ALMIRA

Andi Sukma Asar
Chapter #8

Bab 8. Selembar Asa


Hari ini adalah hari pengembalian formulir pendaftaran sekaligus mendaftar ulang. Aku pun sudah memantapkan hati untuk menimba ilmu desain di SDM ini sesuai rencana awal.

Tadi di rumah Tante Maria aku sudah minta maaf sekaligus berterima kasih karena sudah memberiku tumpangan tidur selama dua malam. Dan tidak memintanya lagi mengantarku karena selain aku sudah hafal lokasi tujuanku, tentu karena hari ini aku akan membawa barangku. Artinya aku sudah meninggalkan rumah Tante Maria.

Aku senang sekali berada di sini. Tempatnya luas, nyaman dan sejuk. Kata panitia pendaftar kemarin ada toga gedung utama di sekolah ini. Satu gedung utama sebagai tempat administarsi, gedung tempat belajar dan satu lagi gedung asrama. Ya, inilah tempat yang aku rencanakan setelah putus asa tidak bisa berkuliah di universitas formal. Tuhan telah meluaskan hatiku bagai samudera. Kumaafkan kedua orang tuaku, kumemahami kondisi keluargaku.

Hari ini para siswa akan diatur kamarnya masing-masing. Demikian yang aku dengar dari pengumuman di halaman tadi.

Di tempat kami para siswa berkumpul, aku meletakkan koperku. Risih juga rasanya koper buluk ini dilihat orang. Tidak lama kemudian terdengar pengumuman bahwa seluruh siswa baru berkumpul di aula lantai dua. Dan hanya dalam hitungan menit semua pendaftar sudah berlarian dan bertebaran menuju tangga yang lebarnya kurang lebih empat meter. Setelah itu kami semua sudah berada di area terbuka yang cukup luas. Ada beberapa pohon setinggi manusia dewasa, tegak mendampingi hampir di setiap pilar selebar setengah meter, ditanam di sebuah gerabah besar sehingga di area ini terasa sangat sejuk.

Kami berbaris menghadap pada sebuah ruangan yang bercat putih. Persis di depan pintu yang jaraknya kira-kira dua meter, ada dua pasang meja dan kursi serta sebuah mikrofon.

Karena aku berdiri paling belakang, maka aku bisa melihat para peserta. Umumnya perempuan. Yang laki-laki hanya beberapa orang.

Tidak berapa lama keluarlah seorang wanita yang berpakaian warna cokelat sepasang. Ia segera mengambil mikrofon dan mengucapkan selamat datang kepada para calon siswa Sekolah Desain Marni.

Setelah berpanjang lebar wanita itu meletakkan mikrofon lalu membalikkan tubuhnya ke belakang. Lalu muncullah wanita anggun yang sudah kukenal: Ibu Marni.

Lihat selengkapnya