ALMIRA

Andi Sukma Asar
Chapter #9

Bab 9. Kisah Gunung Latimojong


Aku menyalami sekamarku yang bermata sipit. Ia yang mendatangiku saat aku mengeluarkan baju-baju dari koper.

"Aku Miranda," katanya lalu duduk di depan lemari.

"Anisa. Panggil aja Nisa."

Miranda mengangguk. "Kamu berasal dari mana, Nisa? Aku panggil Nisa aja, boleh?"

Aku tersenyum. "Boleh kok. Aku dari Makassar."

"Kalau aku berasal dari Jakarta."

"Oh, ya? Orang Jakarta rupanya."

"Jakarta pinggiran." Miranda tertawa lagi. Itu teman kita dua orang baru kenal juga kemarin. Mereka dari Kupang dan Manado.

"Wah! Beda propinsi."

"Tapi satu. Tetep Indonesia."

Kami berdua tersenyum. Ia memperhatikan aku mengeluarkan baju-bajuku dari koper. Aku berhenti sejenak

Merasa risih.

"Ina, sini!"

Yang dipanggil seperti ogah-ogahan. "Iya, bentar." Ia juga sedang mengeluarjan baju- bajunya dari koper.

Di kamar ini ada empat lemari berukuran sedang. Bagiku, ini lemari sudah besar. Baju-baju yang aku bawa tidak banyak.

"Kenalan dulu dong," kata Miranda kepada Ina.

Lalu aku mengulurkan tangan. "Anisa. Panggil aja Nisa."

"Makasih," kata Ina lalu berbalik kembali menuju depan lemarinya tanpa menyebut namanya.

Miranda tersenyum lalu mengedikkan kedua bahunya.

"Biasa, ya. Ina itu berasal dari Kupang. Nama panjangnya entah deh." Miranda tertawa.

Aku memandang Miranda lagi sambil membatin. "Ramah sekali kamu, Miranda."

"Ra! Sini dong!" Panggil Miranda lagi.

"Iya, sebentar," kata yang dipanggil.

"Aku Anisa. Biasa dipanggil Nisa aja."

"Nisa Aja?" tanya perempuan yang berambut keriting.

"Ya. Nisa aja," jawabku.

Miranda tertawa menutup mulutnya. "Bukan Nisa Aja, tapi Nisa, gitu, Ra."

"Aku Rara, panggil aja gitu," kata Rara. Aku balik dulu, ya? Belum beres tuh baju-baju." Rara berjalan menuju depan lemarinya.

Tak terasa pukul sepuluh. Dari jendela yang terkuak, panas terik di luar sudah mulai menyengat. Namun dari jendela yang bukaan luar di kamar ini, angin yang bertiup dari sawah begitu bebasnya. Tanpa dinyalakan pendingin ruangan pun akan terasa sejuk sekali.

"Ayo! Kita sudah dipanggil ke aula," kata Miranda. Ia berdiri menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan.

Lihat selengkapnya