ALMIRA

Andi Sukma Asar
Chapter #15

Bab 15. Rencana di Akhir Kelas

Sebuah gazebo di belakang dapur menarik perhatianku. Bangunan yang identik dengan paviliun itu terletak beberapa meter di belakang bangunan yang berfungsi sebagai dapur, pantry dan kantin. Saat sedang makan, gazebo itu kadang menggelitik rasa ingin tahuku. Aku suka sekali bangunan gazebo. Dulu aku pernah meminta kepada ayah agar dibuatkan rumah-rumah kecil di pinggir kebun. Karena aku suka datang ke sana kalau tidak sekolah. Tempatnya sejuk sekali. Tapi ayah bilang bahan kayu yang dibutuhkan lumayan banyak. Jadi aku harus menunggu agar bahan membuat rumah kayu kecil terkumpul.


Aku sering melihat gazebo itu dari kantin. Mestinya gazebo itu bagus ditempatkan halaman depan, bisa diakses oleh semua siswa SDM. Tapi kenapa, ya, bangunan kayu itu mesti berada dalam sunyi di situ?


Sejak pertama kali aku melihat gazebo itu jarang sekali didatangi oleh orang. Bahkan beberapa hari ini tidak ada siapa-siapa yang berkunjung ke sana.


Setelah salat duhur, ketika Miranda, Ina dan Rara berangkat ke kelasnya masing-masing, aku malah menuju ke gazebo itu. Aku pikir masih ada waktu sepuluh menit sebelum masuk kelas.


Dari pintu kantin sekitar sepuluh meter aku membelok ke arah kanan dan berjalan sekitar sepuluh meter juga. Sampai di sudut kantin, aku berjalan sejauh dua puluh meter lurus saja. Ada batu-batu kecil yang menyerupai kerikil ditebar di antara susunan batu bata merah. Memanjang sampai di depan gazebo. "Oh! Cantik nian di sini! Apalagi di belakang gazebo adalah hamparan sawah!" seruku dalam hati. Sampai di gazebo, ternyata masih ada gazebo dengan ukuran lebih kecil. Tapi bangunan itu ada di sana, di sudut halaman belakang dapur. Aku lalu duduk sambil meraba-raba kayu gazebo yang sudah diplitur. Corak kayunya kelihatan. Angin mempermainkan rambutku sehingga terasa acak-acakan.


"Hm! Gazebo ini akan kujadikan tempat pavorit. Jika aku akan menghayal atau memikirkan apa yang akan kukerjakan, atau apa sajalah aku akan datang ke sini."


*


Baru saja aku tiba di kelas, Ibu Tania sudah ada di pintu. Aku dan ibu guru yang bertubuh sangat ramping itu hampir saja bersamaan masuk kelas.


Ibu Tania mengajarkan hal-hal spesifik desain tas. Seperti membuat handle tas, membuat kantong dalam dan luar, memasang resleting serta cara memasang aksesoris tas seperti sepatu tas, merk dan penutup ujung resleting agar rapi.


Saat Ibu Tania meletakkan tas nya di meja, aku menangkap tas nya yang keren. Berwarna hitam dan modelnya simpel. Bentuknya persegi dan ukurannya mini. Ada detail potongan bahan sekitar empat atau lima senti yang dipasang melintang pada dua sisi di bodi tas. Setelah kuperhatikan, ternyata detail itu sekaligus sebagai handel tas. "Wah! Ini keren sekali!" Aku tertawa kecil lalu kupicingkan mataku dan kupanjangkan sedikit leherku agar tas yang menarik perhatianku itu semakin jelas aku lihat.


Aku lantas mengangguk-angguk. Dalam hatiku tas seperti itulah nanti akan kubuatkan untuk ibu. Ibu pasti bangga menenteng tas bagus buatan anaknya menuju kelurahan, ke hajatan tetangga atau sesekali ke kota.


Lihat selengkapnya