Setahun sudah waktu telah mencatat kisah kami di sekolah. Waktu telah mengukir segala kerja dan karya. Waktu pula yang senantiasa mengingatkan kami tentang momen suka dan duka selama di SDM.
Ketika kami di kamar, aku membuka lemariku yang sebenarnya hampir kosong. Hanya tinggal sehelai mukena dan dua pasang baju. Ada tiga bungkusan yang kusimpan di rak paling atas. Isinya adalah kenang-kenangan untuk Miranda, Ina dan Rara. Aku membelikan mereka buku novel. Aku membelinya secara on line dan membungkusnya sembunyi-sembunyi di gazebo ketika mereka masih di kelas. Aku berharap mereka akan selalu mengenangku tanpa batas waktu.
Aku mengambil bungkusan itu dan memberikan kepada Miranda, Ina dan Rara. Ketiganya menerima dengan wajah paling cengeng yang pernah kukenal. Lalu memelukku erat. Erat sekali.
Akan tetapi di luar dugaan, Miranda, Ina dan Rara ternyata mempunyai juga bungkusan yang tersimpan. Aku jadi heran, di mana mereka membungkusnya? Kapan mereka membelinya? Ternyata kami bisa juga main rahasia-rahasiaan. Aku tertawa kecil. Merasa lucu.
Maka jadilah di pagi ini kami berempat menjadi perempuan paling cengeng sedunia. Bukan perempuan paling seksi. Setelah aku memberi bungkusanku, giliran Miranda, lalu Ina, kemudian Rara.