Ketika kau dihadiahi sebuah kedudukan yang baik, maka pertanggungjawabannya pun semakin besar. Pilih, maju untuk belajar karena bisa, atau terdiam, punya kemauan tapi tak berani, setidaknya bisa bukan berarti selalu benar.
***
"Maaf Pak, ini buku-bukunya sudah… " Vhanina masuk ke ruangan OSIS yang diantar oleh Diana.
"Oh iya, taruh dulu di sana. Diana kamu ikut?" Ketika melihat Diana di belakang Vhanina.
" Emm… Duduk dulu, silahkan!" lanjut Pak Rudi mempersilahkan.
"Enggak pak, makasih, sudah laper mau ke kantin mumpung waktu sembahyang masih ada 5 menit lagi," Diana menjawab jujur.
"Kenapa atuh ikut, saya nyuruhnya juga Vhanina bukan kamu." tawa Pak Rudi terkatup rapat bibir.
"Tuh bapak mah… " Pak Rudi mengerti jadinya dia berbicara to the point.
"Makasih Vhanina, besok formulirnya harus sudah diisi dan ini ada buku panduan, kamu baca-baca ya." Pak Rudi menyerahkan sebuah buku, covernya berwarna kuning. Melambangkan keberanian.
"Ohh iya, untuk proposal kegiatan tahun depan bagaimana? Tahun depan itu satu bulanan kurang lagi loh… " kata Pak Rudi.
"Sudah pak, tinggal tahap perbaikan penulisan dan anggarannya yang belum bapak cek," jawab Vhanina.
***
Langit hari ini begitu cerah, warna biru yang berbaur putih meninggalkan kesan perdamaian. Awan yang berkumpul di akara berhias cahaya. Vhani.na menenteng tas dan beberapa map tebal yang dia pegang, jalannya cepat di antara koridor penghubung. Tampilannya menarik, seragam khusus kedutaan dan beberapa atribut yang dikenakan sebagai tanda pengenal. Wajahnya terlihat serius, tatapannya tetap mengarah ke depan.
"Nia… Vhaa, isshh tuh anak jalannya cepet banget sih," teriak Andini. Jarak antara dirinya dengan Vhanina sekitar 5 meteran, mungkin salah satu penyebab Vhanina tidak mendengarnya juga. Beberapa orang yang lewat, sedikit menghalangi pandangan Andini terhadap Vhanina, di tikungan coridor sekolah Andini sudah kehilangan jejak Vhanina. "Kemana lagi tuh anak, udah ngilang aja," ujar Andini sebal.