Aloanamnesa

Nurjanah
Chapter #8

Bab 7 Pengakuan

Semua hal yang diawali dengan kebohongan akan menyisakan kekecewaan, jika itu memang hal yang perlu diklarifikasi.

***

"Kenapa kakak gak ngomong dari awal?" Vhanina menahan tangis.

"Kakak takut, kamu sama kayak Aressa. Kakak… " Andini pun tidak sanggup untuk melanjutkan ucapannya.

"Pergi meninggalkan tanpa tahu kejelasan yang sebenarnya. Kakak memang gak tahu apa yang akan dilakuin mereka, tapi feeling kakak udah mengatakan hal yang gak baik." lanjut Andini bersama tangisan.

"Kakak sengaja ngelatih kamu buat bisa nyelesaikan apapun sendiri. Sebab kakak gak mau kamu hancur cuman karena cinta." Vhanina menaikan satu alis.

"Nias kayaknya suka sama kamu! Tapi… Sudahlah bukan mau ngomongin Niaskan. Jadi gitu, kenapa Aressa terlihat selalu tidak senang sama kamu. Kejadian semprot air sewaktu MOS memang murni tidak ada dendam yang ingin dia berikan, tapi setelah penuntutan oleh Pak Rudi, sebab takut kamu kenapa-kenapa. Dia marah, dan ada yang menyinggung soal kakak sama Kak Rivaldi. Aressa seperti itu," jelasnya.

"Gak papa ko Kak, tapi kenapa harus bareng Riri juga, dia selalu mengelak setiap pendapat yang aku kemukakan juga." Vhanina hari ini memang kecewa, tapi dia berusaha baik-baik saja. Diana yang setia menjadi pendengar, akhirnya protes juga karena bosan.

"Kayak drama banget si, tapi aku jadi keingetan pas pertama semester satu kelas sepuluh, tentang ngedekitin ice prince my school berarti ceweknya kamu dong, Na," Vhanina menggeleng tidak tahu.

"Terus kaitannya, sama kakak belagu itu… " Andini menghapus jejak air matanya.

"Dia sebal sama kakak, dia pengen bales dendam. Jatuhin orang-orang terdekat kakak jadinya, kayaknya." Diana bertanya lagi.

"Terus kenapa dendam?" yang mendapat hadiah pukulan kecil dari Vhanina.

"Sebenarnya dari tadi kamu dengerin atau enggak sih! Buka tuh telinganya." Diana tidak mau kalah.

"Orang aku gak paham apa yang diceritakan Kak Andini," Andini menghela sebentar.

"Kakak sama Aressa awalnya berteman baik, cuman beda karakter. Aressa dari awal pendiam kalau kakak sih gini. Kamu bisa menilai sendiri, sampai di mana kakak terkenal di sekolah karena kepintaran katanya, terus karena wajah kakak katanya, terus selalu dikatakan pasangan paling serasi di sekolah, meski menurut kakak itu berlebihan, dan ya, kisah kasih di sekolah terjadi. Kak Rivaldi menyatakan cinta tanpa sepengatahuan Aressa. Kakak belum kasih jawaban, tapi kakak salah ternyata Aressa tahu, dan kakak tahu, Aressa suka sama Kak Rivaldi. Rivaldi juga sih, sikapnya baik ke semua orang termasuk perlakuan dia ke Aressa yang aku anggap spesial. Panteslah baper, meski kakak jujur tak dipungkiri kakak pun suka. Kakak akan nolak Kak Rival, tapi Aressa, dia mendesak kakak jujur meski jawaban kakak tidak mengatakan iya dia tahu gelagat kakak. Saat itu, kita sama-sama berubah. Kakak gak nerima Kak Rivaldi tetapi berteman baik. " Diana membulatkan mata tak percaya.

"Jadi?" tanyanya.

Lihat selengkapnya