Di dunia ini tidak akan lepas dari yang namanya pertarungan, berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik menurut versinya bukan sekedar untuk dikagumi banyak orang.
***
Kembali pada hari-hari yang seharusnya. Bekerja untuk hidup, belajar untuk hidup, dan hidup untuk Ilahi. Vhanina berjalan beriringan dengan Nias tanpa sepatah kata. Seperti telah ada yang membuat kebekuan diantaranya. Dalam hati Nias, tidak nyaman tetapi gengsinya telah mengalahkan. Vhanina biasa aja, sampai di mana mereka memasuki sebuah tempat.
Selama itu pula, tidak ada pembahasan lain kecuali fokus untuk lombanya. Pengumuman terakhir mereka dengarkan, mereka juara tapi tidak ada senyuman bahagia dari Nias yang ada senyuman Vhanina yang mengembang.
***
Satu pesan baru
Kak Andini cantikš:"Congrats. Ahhh, besok kamu datangnya pagi-pagi ya."
Vhanina Strongš :" Makasih Kak. Oke siap!"
Pesan terkirim
Vhania pulang dengan tangan yang tak hampa meski kebimbangan hatinya masih belum sempurna tiada.
***
"Kakā¦ " ujar Vhanina.
"Aahh, syukurlah." Andini menjawab dengan senyuman.
"Gimana kemarin?" tanya Andini penasaran.
"Lancar, tapiā¦ " Andini memotong ucapannya. "Sudahlah, jangan dipikirin."
Dekorasi tata rias panggung sudah selesai, dan lapangan kini sudah terpenuhi stan-stan yang berjejer unik. Semua bekerja sama dengan baik, terkecuali Riri. Hatinya dongkol, otaknya sedang berpikir bagaimana caranya untuk bisa membuat Vhanina mundur. Acara tersebut disambut dengan meriah, sambutan-sambutan cukup mengundang tawa. Sampai salah satunya pidato Nias yang diakhiri dengan lagu yang mendapat suara tepuk tangan.
"Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih kepada kepala sekolah yang sudah banyak mempercayakan saya, dan untuk itu terima kasih untuk ilmu yang diberikan selama saya berada di sekolah. Tak terasa 3 tahun akan segera berlalu, hanya tinggal selangkah lagi, saya akan menjadi kenangan untuk sekolah ini, dan untuk perwakilan saya di Provinsi pun akan segera berakhir. Mengingat kenaikan kelas telah dekat. Sebelum saya turun, izinkan saya menyanyikan salah satu lagu. Siapa tahu dia peka kannā¦ " candanya di akhir kata, sebelum senar gitar dipetik.
Lihatlah bunga di sana bersemi
Mekar meski tak sempat kau semai
Dan suatu hari badai menghampiri
Kau cari ke mana, dia masih di sana
Walau tak semua tanya
Datang beserta jawab
Dan tak semua harap terpenuhi
Ketika bicara juga sesulit diam
Utarakan, utarakan, utarakan
Dengarlah kawan di sana bercerita
Pelan dia berbisik, pelan dia berkata-kata