"Apa yang harus dijelaskan, setelah kejelasan itu ada buktinya. Jangan pura-pura bodoh, simple saja. Aku yang jalani, kalian jadi penonton. Tidak usah berkomentar, kalau pada akhirnya hanya memojokkan."
***
Vhanina menggeliat tidak nyaman, setelah merasa ada yang mengusiknya.
"Naa."Diana mengguncangkan bahu Vhanina pelan. Andini masih tak bergeming di sisi Diana.
"Ehh-- iya, kelian kenapa ada di sini?" tanyanya serak.
"Akutuh nyariin kamu, kenapa ga balik-balik kelas. Lagi udah istirahat ini." Diana dengan santainya menjawab, Vhanina belum sadar akan kehadiran Andini, lalu ketika dia menoleh ke arah kanan baru dia menyapa dengan hambar.
"Kakak juga ada." Ucapan Vhanina terpotong oleh suara Diana.
"Tadi pas di coridor bertemu, lalu dia nanya aku lagi apa. Aku jawab lagi cari Vhanina, dia ngusulin buat nyari bersama tapi dia ngajak ke perpus dulu. Eh tau-taunya kamu di sini." Vhanina mengangguk paham, lalu entah apa maksudnya dia langsung mengajak Diana pergi. Menggenggam lengannya ketika dia bangun dari duduknya.
"Yaudah kalau gitu, Kak. Kita duluan ya." Diana terperanjak oleh perlakuan Vhanina hanya bisa mengikuti. Andini tersenyum tipis, melihat Vhanina yang sudah menghilang di balik pintu. Dia pun ikut keluar dengan mengarah ke perlawanan arah. Diana dan Vhanina menuju utara untuk masuk ke kelasnya. Andini selatan untuk menemui seseorang. Tangannya terkepal.
***
"Yass… Bangun," Vhanina setengah berteriak memanggilnya, di mana pada saat itu Nias sedang menelengkupkan wajahnya. kebetulan kelasnya memang kosong.
"Apaan sii kamu, An. Ganggu orang tidur aja," kilahnya berbohong.
"Sebenarnya ada apa dengan Vhanina, kamu dan semua orang," ucapnya.