Alohanani From Paradise

Faatihah Qurrotul Aini
Chapter #3

Permata Hatiku#3

DEAR RANDI DAN RANIA

Sayangku Randi dan Rania...Apa kabar ya mereka saat ini? Mereka adalah dua anak kembar, mereka berkulit kuning langsat, dengan rambut bergelombang hitam legam dan alis tebal. Dulu setiap hari aku selalu tergelitik karena melihat mereka bercanda tawa lalu bertengkar, hingga salah satu atau bahkan keduanya menangis. Tadi kukatakan akan ku bahas mengenai adik adikku kan? Perkenalkan si kembar berbeda gender Randi dan Rania, mereka berdua lahir pada tanggal 3 maret 2010. Kalian ingin tahu mereka? Heum baik akan kuceritakan pada kalian mengenai si kembar kesayanganku.

Jujur dulu aku tidak pernah berharap ataupun meminta seorang adik kepada ayah dan bunda, apalagi sekaligus 2. Aku ingat saat itu bunda dan aku tengah duduk bersama dihalaman rumah, kami berdua sedang ngobrol sambil melihat ayah mengangkat beberapa pohon kaktus yang mulai mati karena ditinggal mudik oleh keluarga kami untuk waktu yang lama karena meninggalnya kakek. 

“Kak, kalau Allah kasih kakak adik mau apa ngga?” Bunda memulai topik utamanya.

“ Yaaahh bunda nanyanya kaya gitu, kalau misalkan udah dikasih sama Allah, siapa aku bisa nolak.Tapi sebenernya belum siap aja gitu bunda” hanya kalimat sepolos itu yang dapat menjawab pertanyaan bunda.

“ Jadi mulai sekarang, kakak harus belajar nerima ya. Karena sebentar lagi kaka akan segera punya adik kembar” itu kalimat yang bunda katakan padaku.

Entah bagimana warna dan ekpresi wajahku saat itu, namun saat aku membayangkannya saat ini aku tidak bisa berhenti untuk tertawa. Hingga pada puncaknya 24 minggu kemudian lahirlah seorang bayi kembar yang diberi nama Randi dan Rania. Perbedaan usia mereka hanya berkisar 15-20 menit. Randi terlebih dulu lahir, setelah beberapa menit kemudian disusul oleh Rania. Aku tidak sempat menyaksikan kelahiran adik adikku karena aku sedang sekolah saat itu.

Kelahiran mereka membawa suasana baru di keluarga kami, aku senang karena semenjak bunda hamil, ayah sudah tidak pernah pulang larut malam lagi. Aku yang tadinya merasa belum siap dengan kehadiran seorang adik, dengan seiring berjalannya waktu aku mulai ikut andil dalam menjaga bunda dan kandungannya yang semakin hari semakin membesar. Jadi teringat pesan bunda padaku waktu itu.

Di suatu malam, aku, bunda dan ayah tengah berbincang mengenai bakal calon adik adikku.

“ Karena Elena sekarang udah mau punya adik, jadi bunda akan panggil Elena kakak terus ya, Bunda mau pesen sama Elena eh kakak hihihi. Kakak harus belajar jadi kakak yang baik buat adik adik kamu nanti ya sayang, belajar untuk mengalah, selalu rukun sama adik adiknya ya” pesan bunda padaku.

“ Iya bunda aku ngerti, kan aku juga sayang sama adik adik aku, pasti mereka aku jagain terus dong. 

Sejak bunda melahirkan Randi dan Rania, bunda sudah memutuskan untuk berhenti sementara dari pekerjaanya di Panti Asuhan. Dan memilih fokus untuk merawat kedua anak kembarnya. Secara perlahan keadaan menuntunku menjadi seorang yang lebih dewasa, sejak memiliki adik aku tak pernah lagi berusaha untuk menyusahkan ayah dan bunda. Aku merasa iba pada bunda yang selalu repot merawat dua orang bayi sekaligus, dari mulai menyusui, memandikan, sampai keperluan lainnya. Aku dan ayah turut serta membantu bunda merawat si kembar, jujur sempat ada rasa bahwa bunda kini berbeda, bunda jadi seseorang yang sangat sibuk. Saat aku ingin memulai obrolan atau candaan dengan bunda, tapi justru aku melihat wajah bunda tampak begitu penat dan lesu bagaimana tidak? Saat Randi tertidur, Rania menangis dan saat Rania tertidur, Randi nangis karena lapar. Tapi dengan kondisi seperti ini aku justru semakin mengerti bahwa aku harus menjadi anak sekaligus kakak yang baik bagi mereka.

Biasanya bunda memanggilku untuk dimintai tolong seperti:

“ Kak tolong ambilkan minyak telon di kamar bunda”

“ Kakak bunda minta tolong jagain adik adiknya sebentar ya, bunda mau sholat”

Dan banyak lagi hal lainya...

Aku tidak merasa keberatan sama sekali akan hal itu, karena saat itu lah aku bisa mulai untuk mengajak kedua adikku bermain. Seiring dengan berjalannya waktu , si kembar mulai bisa telungkup bahkan merangkak.

“ Ayah liat Randi sama Rania lagi ngerangkak kaya lagi lomba motorGP yah hahaha” seruku pada ayah.

“ Hahahaha lucu banget, seperti kakak masih kecil, bedanya waktu kecil kakak lomba merangkak nya sama ayah hahaha....” jawab ayah padaku.

“ Ah masa yah? Ya kalo begitu mah pasti yang menang ayah lah,,,uhuhuh gak adil:/” 

“ Kakak lah yang menang, kan ayah ngalah, masa princess ayah kalah”

Kami tertawa, tertawa bersama... Kuihat bunda bahkan sampai geleng geleng kepala melihat tingkahku dengan ayah” 

Sampai akhirnya Randi dan Rania menginjak usia 10 bulan. Sejak itu beberapa kali bunda pingsan, ayah bilang bunda kelelahan. Tapi ya memang benar, saat diperiksakan ke dokter bunda hanya kelelahan. Tapi bunda jadi lebih pendiam, lebih suka istirahat. Aku memakluminya, malah sejak bunda melahirkan, aku jadi berangkat ke sekolah dengan mengayuh sepedaku sendiri. Sepeda yang kumiliki sama seperti yang biasa bunda gunakan untuk mengantarku sekolah, akan tetapi sepedaku ini ukuranya lebih kecil dan berwarna merah. Nenek menghadiahkankan ku sebuah sepeda karena aku mendapatkan peringkat di kelas, Jauh jauh dibawakannya dari Bandung ke Karawang menggunakan mobil bak.

       ***

  Tak kusangka hidup si kembar akan serumit ini. Baru satu tahun dilahirkan tapi bunda harus dipanggil Tuhan. Mereka harus jadi piatu saat usia mereka satu tahun. Jadi sampai usia Randi dan Rania menginjak 5 tahun, Randi dan Rania selalu dititipkan ke Panti Asuhan Kasih Putih, tempat bunda bekerja dulu. Kami tidak pernah berfikir akan hal itu, karena ayah bilang

 “ Bagaimana pun kondisi kita saat ini, Ayah akan selalu kuat dan berusaha untuk menghadapi semua ini demi kalian, dan bunda”. 

Ayah sempat berfikir untuk resign dari pekerjaannya saat itu, dan memilih untuk memulai membuka toko sembako saja di rumah. Tapi niat itu urung dilakukan, karena percuma. Ayah justru akan lebih kebingungan karena harus fokus pada toko dan juga si kembar. Jujur aku sangat sedih melihat keadaan kami saat itu, “ Bunda kembalilah kumohon..” sepenggal rintihan hatiku.

 “ Tidak apa apa pak, kami sudah menganggap anak anak bu fatma seperti anak kami sendiri. Bu Fatma orang yang sangat baik pada siapapun, jadi izinkan saya membalas jasa jasa almarhumah selama bekerja, ya paling tidak dengan merawat si kembar di Panti sampai bapak pulang kerja. Almarhumah pasti akan senang jika bapa menerima bantuan kami” itu yang Bu Helma katakan pada ayah.

Bantuan ini datang tanpa kami pinta sebelumya. Bu Helma, pemilik yayasan Panti Asuhan tempat bunda bekerja dulu yang menawarkan bantuan ini pada ayah. Randi dan Rania hanya dititipkan di Panti selagi ayah bekerja saja, setelah pulang kerja, ayah akan memboyong si kembar untuk pulang. Jarak panti dan rumahku tidak terlalu jauh, hanya berkisar 100 meter. Setiap pagi ayah akan menyiapkan segala keperluan si kembar, aku ikut membantu. Setelah Randi dan Rania mandi lalu disuapi sarapan oleh ayah, lalu ayah akan segera mengantar si kembar ke Panti. Hm kau tahu? Itu saat yang sangat berat untuk kami lalui, walau rasanya sudah biasa kami jalani setiap Senin sampai Jumat, akan tetapi aku dan ayah akan menangis setiap kali mengantar adik adikku ke Panti Asuhan.

“ Kakak janji, kakak akan jaga Randi sama Rania. Kalian harus tumbuh dengan kasih sayang penuh walaupun tidak ada bunda yang mendampingi tumbuh kembang kalian, akan tetapi kalian punya kakak dan ayah yang akan selalu menjaga Randi dan Rania”

Sepulang sekolah biasanya aku tidak pulang ke rumah tapi justru ke panti asuhan untuk ikut andil merawat si kembar bersama beberapa petugas panti disana. Mereka sangat baik, tak pernah marah pada kami. Randi dan Rania di rawat dengan baik, Aku senang berada dipanti sambil menjaga adik adikku. Hal yang biasa aku lakukan adalah belajar dan mengerjakan beberapa tugas yang guru guruku berikan di sekolah. 

Salah satu petugas panti Bu Ulya namanya, beliau seringkali menceritakan segala aktifitas bunda di Panti saat bunda masih bekerja disana dulu.

Lihat selengkapnya