Sebetulnya aku mau mau saja mengawali cerita ini dengan rasa melankolis. Sedikit menguras air mata— barangkali. Tapi satu-satunya yang bisa kurasakan sekarang hanya rasa kesal. Aku bahkan tak bisa untuk sekedar berfikir tenang. Rasanya kacau sekali.
Entah aku harus menjelaskan nya seperti apa? Semua karena seseorang baru saja mengklaim karya tulis ilmiahku. Aku tak tahu bagaimana cara dia mendapatkan nya. Aku bahkan tak merasa memberikan karyaku secara percuma.
Itu jelas gila.
Padahal ini sudah dekat dengan deadline. Lalu aku harus mengulangi nya dari awal.
Ah, aku frustasi. Sungguh
Omong-Omong namaku Lyn Betha Magnolia.
Aku berada di semester 5 kuliahku dalam jurusan bahasa. Aku menikmati semuanya dengan baik selama ini. Hanya kali ini saja, aku merasa begitu frustasi berada di fakultasku.
Saat aku melaporkan pada Dosen Jung. Dosen yang memberikan ku tugas ini, 'aku telah mengumpulkan tugasku dan seseorang mengambilnya' ia tak justru tak percaya pada perkataanmu, "Itu sungguh milikku. Aku sudah mengerjakannya sepanjang malam". "Betha, apa maksudmu? Jelas kau belum mengumpulkan apapun. Bagaimana bisa kau mengatakan karya milik Lia sebagai milikmu?"
Ah benar, Lia. Im lia. Anak manja itu yang mengambilnya. Dia adalah anak pemegang saham terbesar di Universitas. Membuat semua orang seolah benar2 tunduk padanya. Sekalipun itu sang Dosen.
Aturan dunia macam apa ini?
Aku sungguh tak tahu apa yang ada difikirannya. Seandainya Jihan —Sahabatku— tak memergoki perbincangan Lia dan temannya mungkin sampai sekarang aku akan jadi orang tolol yang tak tahu apa-apa.
Dia bahkan hanya tersenyum smirk padaku. Nyaris membuatku ingin muntah dan ingin membotaki kepala nya yang dongkol itu. Sialan.
Sejujurnya, Aku tak mempermasalahkan bagaimana liciknya dia mengambil tugas orang lain atau seperti apa relasi nya dengan seluruh Dosen di Kampus. Tapi ini tentang kerja kerasku. Aku sudah bekerja keras untuk membuat karya ilmiah ini.
Bahkan Hanya karena ini, aku harus datang ke peternakan sapi untuk meneliti. Memberi makan sapi-sapi dan membersihkan kotorannya yang nyaris membuatku ingin mati saja karena baunya yang sungguh tak sedap.
Setelah itu, Memeras susu sapi yang begitu keras kepala.
Aku tak ingin berlebihan, Tapi Saat aku hendak menyentuh susu sang induk sapi, Anak sapi nya menatapku seperti ingin menyeruduk saja. Kakinya seperti hendak mengayun dan siap lari kearah ku kapan saja.
Apa dia kira aku akan menyusu kepada ibunya?
Itu Gila.
Yang lebih susahnya— sapi-sapi itu tak mau aku wawancarai. Mereka justru mengacuhkanku seperti aku ini sudah berbuat jahat pada mereka.
Apa? Aku tak melakukan apapun. Kecuali tak sengaja menekan terlalu keras susu induk sapi saat memeras dan membuat sang sapi menjadi berteriak 'moowww' begitu keras.
Aku kan tak sengaja, sungguh.
Sohee yang kuceritakan saja malah tertawa. Kejam sekali dia.
Ah,Sungguh benci pokoknya.
Masih dengan laptop yang menyala didepanku. Aku hanya menatap frustasi. Sungguh yang ada masih layar putih kosong tanpa sedikitpun kata yang terketuk.
Aku mengerang. Menjatuhkan kepalaku pada kedua tangan yang terlipat diatas meja.
Tak ada waktu jika ingin melakukan penelitian lagi,bukan? Waktunya hanya dua minggu lagi. Kembali ke Peternakan jelas bukan ide yang bagus. Aku masih ingin hidup, sapi-sapi itu mungkin akan sungguh menyeruduk ku jika aku kembali.
Kesempatan sekarang yang ada hanya merubah susunan kalimat yang lama. Tapi bagaimana? Aku itu tak pandai merangkai kata-kata.
"Ah, kenapa tak ada ide sama sekali!" Gerutu ku kesal. Aku menjadi seperti kehilangan nyawaku yang lari entah kemana.
Buruk sekali.
Sudah nyaris 2 jam sedari aku berkutat dengan laptop dan buku-buku disekitarnya yang —barangkali– bisa membantu mendapatkan ide. Meski ya— belum ada sama sekali. Karena merasa jenuh, akhirnya ku putuskan untuk menyudahinya. Lalu meraih long coatku dan bersiap-siap ke mini market 24 jam demi mendapat kudapan ramen.
▪︎▪︎▪︎▪︎
John Joan Alpha Atau John Alpha. Ia menikmati hari nya dengan kehidupan mandiri di kota besar serta Restoran Lokal miliknya.
Tak ada yang lebih menyenangkan dari itu semua. Bisnisnya berkembang dan jauh dari bayang Harta keluarga John lainnya.
Hingga saat salah satu karyawannya menghampiri dengan sebuah surat ditangan, satu undangan makanan malam Keluarga John. Hatinya langsung merasa tak nyaman. Bukan pada surat undangan nya melainkan satu surat lain yang ada disisi meja kantornya.
Surat yang dikirim sang ayah.
Kau tetap bagian dari Keluarga John, Alpha. Fikirkan kembali tentang bisnis mu. Ayah bisa memberikan satu saham terbesar milik Ayah jika kau mau menurut sedikit saja. Ayah ingin semua yang terbaik untukmu. Karena itu, ku harap kau setuju untuk perjodohan ini. Kecuali, kau membawa seorang gadis saat Acara Makan Malam nanti.
Dia tak akan beralih kemana-mana. Bisnis nya akan tetap berjalan. Ini miliknya.
Tak boleh ada yang mengusiknya. Sekalipun itu Ayah ataupun Ibu tirinya.
▪︎▪︎▪︎▪︎
Sepanjang jalan menuju mini market Betha terus bersenandung. Meski ia tak memiliki suara sebaik Lee Jieun*, Setidaknya hal itu mampu membantu membunuh kesunyian. Perut gadis itu sangat kelaparan sampai ia dapat merasakan kepedihan yang melanda pada otot lambung nya.
*IU. Penyanyi perempuan terkenal dari korea
Ia berimajinasi ada jutaan makhluk mini bersarang didalam sana. Menjadikan organ-organ tubuhnya sebagai stadium besar konser penuh kembang api.
Sampai di taman yang tak jauh dari kawasan apartement, langkah Betha tiba-tiba saja terhenti. Perlu diketahui, jalanan malam disekitar apartemennya cukup membuat ia merasa ngeri. Dengan jalanan sepi dan beberapa bohlam lampu yang sudah mati— tak diperbaiki.