Sudah berlalu dua jam sedari ku putuskan untuk berkutat pada buku dan laptop disalah satu sudut perpustakaan. Dari hadirnya senja hingga kini bintang dan bulan telah mengisi angkasa.
Sampai sekarang aku belum memutuskan untuk menyerah pada karya ilmiahku ini. Sempat berdebat dengan Jihan mengenai lokasi baru untuk penelitian.
Saat akan mereview kesana, dan bertanya apa bisa mereka melakukan wawancara pada bisnis mereka. Ia justru mendapat penolakan beberapa kali.
Dan alasannya itu sungguh banyak. Untuk alasan tidak ingin di publikasi lah. Tidak bisa karena semuanya sedang sangat sibuk dan tidak bisa diganggu.
Apa mereka fikir aku ini tidak sibuk? Jika bukan karena tugas, mana mau aku berkeliling ke perusahaan-perusahaan mereka.
Dan sekarang di sebuah perpustakaan kota, Bersama laptop serta beberapa buku yang berceceran.
Sembari didepanku pun telah ada beberapa info lokasi yang telah Jihan cari serta bersedia untuk diwawancara. Namun melihatnya justru membuatku mengerang frustasi.
Serius ya, bukan aku tak menghargai usaha sahabatku yang sudah susah payah membantu. Hanya saja—
"Peternakan Ulat Sutra?"
"Em. Disana mereka membuat benang dari ulat itu. Benang yang mereka hasilkan itu memiliki kualitas yang sangat tinggi. Dan beberapa industri besar pun mengakui benang milik mereka sangat unggul. Aku rasa itu cocok untuk tugasmu. Dan— kau tak perlu khawatir akan menyentuh ulat-ulat itu atau tidak. Karena mereka memiliki wadah sendiri dan sangat steril"
Aku tidak berfikir begitu. Jangankan menyentuh ulat, melihatnya saja hampir membuatku ingin mengeluarkan seluruh isi perutku.
Aku hampir ingin memukul belakang kepalanya— jika tidak ingat dia temanku.
Lalu—
"Pengembang biakan serangga untuk dikonsumsi? Laba-laba, kalajengking, ular? Kim Jihan—"
Wah, Gila. Aku sungguh tak habis akal.
"Kenapa? Kau bilang, kau ingin yang tidak menguras uang dan tenagamu. Aku mencobanya, ini semua yang ada didekat universitas serta apartementmu. Aku kan hanya berusaha bantu saja"
Rasanya aku ingin mencabut ucapan ku itu.
Kapan aku mengatakan nya?
Sesaat kupijat pangkal hidung ku, menghela nafas kasar dengan anggukan tak kentara.
"Baiklah, Maafkan aku. Terima kasih sudah membantuku"
Dalam sekian detik suasana menjadi benar-benar hening. Tak ada suara yang menyambangi kecuali penghangat ruangan yang terdengar mendesis— nyala.
Baik aku maupun Jihan masih sama-sama fokus dengan apa yang dikerjakan masing-masing.
Sampai suara Jihan sudah lebih dulu menyela, "Kau lapar, tidak? Aku tiba-tiba lapar"
Sungguh. Memang sudah tak terduga Kim Jihan. Susah baginya untuk tak melihat makanan ada disampingnya. Seperti kehilangan jackpot harianmu yang sangat berharga. Dia selalu begitu.
Meski begitu, entah bagaimana tubuhnya tak memiliki perubahan yang signifikan. Tetap saja langsing bak model sampul majalah US yang terkenal.
Kutunjuk bungkus cemilan disampingnya dengan dagu. Pun mendelik kearahnya penuh sangsi, "Lalu keripik kentang disampingmu itu apa? Hiasan?"
"Yah. Ini hanya pengganjal perut saja. Aku kan butuh nya makanan utama"
Astaga.
Dengan iringan helaan pasrah, aku menatapnya penuh selidik.
"Kau ingin aku membelikan makanan?"
Senyum Jihan mendadak menjadi sumringah. Mengangguk cepat, membuatku lekas bangkit sekaligus menahan tawa karena sikap menggemaskan pun menyebalkannya. "Ah, kau peka sekali, beth. Double Cheese Burger dan cola", "Dengan Extra Keju,Oke?"
"Oke. Laksanakan! Karena kau sudah membantuku, akan kubelikan"
"Ah, Jangan Lama-lama, ya. Aku sudah lapar sekali soalnya"
Ah, Dia ini.
"Siap Nona!"
▪︎▪︎▪︎▪︎
Sebuah kedai makanan cepat saji letaknya tak jauh dari perpustakaan kota. Jadi cukup untukku jika harus jalan kaki.
Namun saat dijalan tadi— entah mengapa tiba-tiba saja aku teringat pria itu. Pria yang tinggal disamping apartementku.
Sudah terhitung 3 hari sedari kejadian pada John Alpha bermula. Aku sempat berfikir untuk menjenguknya saat keesokan pagi— hari itu. Tapi nyatanya aku tak tahu akan menjadi sesibuk ini. Kami sungguh belum bersitatap sedikitpun.
Kufikir John juga pasti memiliki kesibukan sendiri.
Dan telah kuputuskan untuk membeli makanan lebih kali ini. Aku ingin melihatnya untuk memastikan kondisi pria itu. Mengingat ucapannya kemarin memang sekiranya menimbulkan rasa cemas.
"Aku pesan satu Double Cheese Burger, Dua Cheese Burger dan Cola", "dan tolong tambahkan Extra Keju" ucap ku pada seorang pelayan dibalik konter tersebut.
"Ada lagi? Apa ada yang perlu dikurangi?"