Alphabet

Meydin.Al
Chapter #3

Chapter C

Kamarnya terasa sesak.

Itulah yang sekarang Betha alami. Persis seperti kondisi hatinya.

Ia duduk di tepi kasur sambil menopang dagu. Pikirannya berkelana dan membuat banyak reka adegan yang terjadi kemarin.

Tidak sanggup rasanya untuk terus memikirkannya. Tapi jika tidak, Ia tak akan temukan solusi untuk seluruh masalahnya.

Ah, Rasanya hampir gila.

Ia sudah ceritakan semuanya pada Jihan semalam. Mendengar reaksi nya justru membuat Betha ingin menenggelamkan temannya itu kedalam Sungai, "Wah. Kisah hidupmu sungguh miris Tapi untung, beth. Sudah jatuh ke timpa cogan pula".

"Yang benar Tangga, Ji",

"Tidak. Masalah karya ilmiah mu itu cukup miris. Lalu mendapat sedikit keuntungan, karena yang menawarimu menjadi kekasih itu Pria Tampan"

Dia menyebalkan, kan?. Tapi sayangnya Jihan Benar.

Betha mengacak rambutnya Frustasi. Menilik sesaat jam yang telah menunjukkan pukul sebelas siang.

Ia tak mungkin akan menghabiskan waktu seharian hanya untuk memikirkan masalahnya seperti ini. Lagipula hari ini, ia tak memiliki jadwal kuliah apapun.

Ia bangkit dan berjalan menyeret-nyeret kakinya menuju ruang tengah. Konsentrasinya berantakan. Banyak tanda tanya berkelana dikepala.

Ia jadi seperti orang linglung yang kehilangan harta serta martabatnya di apartement sendiri.

Betha benar-benar merasa menyedihkan. Sial sekali.

Belum sempat dirinya sampai di dapur dan merealisasi fantasi nya mendapat kesegaran yang tiada tara— dalam kulkas. Dering bel apartement nya sudah lebih dulu mengambil alih.

Siapa yang datang di hari yang panas ini? Tidak tahu sedang pusing, ya.

Ketika membuka pintu, refleks gadis itu terperanjat. Kedua matanya membelalak.

Pasalnya ia menemukan John Alpha berdiri di depannya. Kenapa dia bisa ada disini? Ada dia mendengar seluruh frustasi ku?

Ah, tidak mungkin.

Betha menyeruak. Hampir bersuara jika seorang wanita —yang nampak tak lagi muda—tidak lebih dulu menyela, " Aigoo!"

"Mama?! Kenapa Mama disini?" Tukas Betha yang begitu terkejut dengan kehadiran —mendadak— Mamanya. Belum lagi saat ia yang dihadiahi sebuah tamparan keras di pantatnya.

"Begini cara mu menyambut Mamamu, eoh? Dasar Anak kurang ajar. Apa yang sudah kau jalani selama ini, aish?!"

Ah, Sebenarnya Beginilah ia jalani hidup.

"Mama! Jangan marah-marah begitu. Malu dilihat orang lain tahu"

Seperti tak mendengar gerutu sang putri. Nyonya Magnolia justru mencubit pinggang Betha gemas. "Kau ini! Kau bahkan tak mengangkat panggilan dariku. Anak nakal!"

"Aw– astaga. Mama!"

Ia yakin tubuhnya akan remuk setelah penyiksaan dadakan ini. Menengok kearah Alpha yang sempat terkekeh sebelum mengalihkan pandangannya. Berlagak tak melihat apapun.

Sial, Ia malu sekali.

Mencebikkan bibirnya kesal. Mamanya itu kadang bisa bersikap antik. Limited sekali.

Mengambil alih belanjaan sang Mama dari tangan Alpha pun membungkuk seraya mengucapkan Terima kasih atas bantuannya.

"Terima kasih ya sudah membantu Bibi, Nak Alpha"

"Tidak masalah. Kapanpun Bibi butuh"

▪︎▪︎▪︎▪︎

"Mama terlihat dekat dengan Alpha" Tukas Betha. Menempatkan seluruh barang belanjaan di atas pantri dan Mulai mengeluarkan satu persatu isi plastik yang Mamanya bawa. Sekotak Susu ukuran besar, Keju, Gochujang, ayam, ginseng dan beberapa bahan dapur lain.

Wah, Betha jadi penasaran. Mamanya tak akan membuat Ayam pedas campur Keju, bukan?

"Tentu saja. Itu karena Alpha lebih sering membantu Mama Daripada Anak Mama sendiri"

Betha mencebik kesal. Dirinya akan merasa cemburu jika Mama nya akan membandingkan pada Anak lain, "Aku selalu menurut pada Mama"

"Kalau begitu, cobalah pulang sekali dalam sebulan. Ini bahkan sudah enam bulan. Dan aku tak melihat Anak ku ada dirumah"

Betha terdiam. Menarik nafas selagi tangannya mengatur sayur yang akan dimasukkan ke Kulkas.

Bukan tanpa Alasan dirinya tak pulang kerumah. Betha tau ini agak keterlaluan karena seperti mengabaikan Mama yang sendirian. Tapi Betha hanya tak mau jika harus mengingat hal-hal yang menyedihkan saat kembali nanti.

"Jika bisa. Mama mau menukar Alpha menjadi anak Mama. Tapi sayang sekali, tidak bisa"

Sedetik, Betha langsung melebarkan matanya. Tak percaya dengan apa yang baru saja mamanya katakan. "Mama jahat sekali"

Nyonya Magnolia Tertawa. Mencubit pipi gembul sang Putri dengan gemas. Pun menginterupsi untuk menyingkir dan duduk sambil memperhatikan saja.

"Bercanda", "Kau tetap kesayangan Mama, Betha. Mungkin— Alpha bisa jadi menantu Mama saja"

M-menantu?

Lihat selengkapnya