Alra mencoba untuk diam. Kali ini ia tidak ingin berurusan dengan Arga, apalagi sekarang ia sedang bersama teman-temannya. Ia juga tidak ingin melibatkan ketiga temannya ini dalam permasalahannya dengan Arga.
"Woy, masih makan juga lo? Gue kira udah selesai." Kata Arga pada Alra.
"Gue ada masalah apa sama lo?" tanya Alra sedikit kasar. Kemudian, Arga mendekat beberapa langkah. "Gue tadi udah bilang apa? Bakal ada kejutan yang nungguin lo. Lo lupa?"
Aroma Arga tercium jelas oleh indra penciuman Alra. Ia mendapati bahwa musuhnya ini baru saja merokok. Aroma yang menyengat dari seragam Arga menjelaskan semuanya.
"Kok diem? Lo takut sama gue?"
Mata Alra terpejam. Kedua tangannya pun mengepal. Ia benar-benar tidak tahan akan sikap Arga yang selalu saja mengganggunya tanpa alasan. Oke, Alra akui kalau dirinya sama brutalnya seperti Arga. Namun sebrutal-brutal dirinya, ia malas untuk berhadapan dengan Arga. Baginya, Arga adalah musuh yang tidak pernah kelar jika sudah berurusan dengannya.
"Lo bener-bener takut apa gimana?"
Pertanyaan yang dilontarkan Arga langsung mendapatkan dorongan yang keras dari Alra. Arga yang terdorong langsung terjatuh dan menabrak meja-meja yang berada di belakangnya. Seisi kantin pada heboh, termasuk para penjual di kantin. Alra sudah diambang batas. Ia tidak dapat lagi menahan emosinya. Arga yang sudah terjatuh ini meringis kesakitan. Ketiga temannya yang selalu setia ini kemudian membantunya untuk bangun.
"Arga, lo nggak kenapa-napa?" tanya Deka panik.
"Bangun Ga, bangun!" Ujar Juned sambil membantu Arga bangun.
"Woy, lo berani ya sama Arga?!" Teriak Bobi yang kini menatap tajam Alra. Alra tersenyum licik. Ia lalu berkacak pinggang dan berkata, "Hah, emang selama ini gue takut sama dia?!"
Arga berusaha bangkit. Ia menyingkirkan meja-meja yang telah mengenai dirinya dan mulai meregangkan otot-ototnya.
"Sini maju, katanya bakal ada kejutan yang nungguin gue! Cepet, gue siap nih! Kebetulan juga gue udah makan!" Tantang Alra. Ia sudah menyiapkan aksinya dan ancang-ancang. Intinya ia siap untuk menghadapi Arga. Ia tidak peduli jika nanti ia kesakitan maupun terluka. Yang hanya ia inginkan adalah Arga yang terluka parah melebihi dirinya. Itu saja.
"Halah, banyak omong lo!" Arga maju dengan cepat dan mulai memukul Alra, namun Alra dengan cepat menghindar. Ia memukul punggung Arga dengan sikunya secara keras. Arga merasa kesakitan namun ia tidak ingin kalah. Ia segera menjambak rambut Alra dan menariknya dengan sekuat tenaga. Alra berteriak sangat keras. Karena emosinya makin meluap, jadi ia menonjok perut Arga dan menendangnya dengan kaki kanannya.
Semua siswa bergidik ketakutan melihat aksi kekerasan yang terjadi di depan mata mereka. Tidak sedikit dari mereka yang ingin melerai pertengkaran tersebut, namun apalah daya. Mereka terlanjut takut dan tidak berani. Bahkan penjual kantin juga sama takutnya. Mereka memilih untuk bersembunyi di balik gerobak mereka.
"LO NGGAK ADA PUAS-PUASNYA YA NYERANG GUE!"
"LO PANTES DISERANG, TAU NGGAK! NGGAK HERAN LO DIBUANG SAMA IBU LO! KELAKUAN ANAKNYA AJA JELEK BEGINI, YA MANA MAU DIANGGEP JADI ANAK!"