“Daina!”
Alra membulatkan matanya tidak percaya. Jantungnya bergedup dua kali lebih cepat mendengar sahabatnya sendiri yang ternyata mengkhianatinya. Ia merasakan sekujur tubuhnya mulai memanas dan bergetar seketika.
“Dia yang memberitahu semua kalau kamu pelakunya!” ucap Bu Inda marah. Alra hanya mengeluarkan nafas berat dan mulai frustasi. Ia tidak berniat membalas perkataan Bu Inda. Hatinya menyuruh langkahnya untuk menemui Daina secara langsung.
“Alra! Mau kemana kamu?” tanya Bu Inda sambil teriak. Alra tidak menggubris, ia tetap melangkahkan kakinya dengan cepat untuk menemui Daina. Semua siswa yang menghalanginya jalan langsung ia dorong begitu saja. Tidak peduli bahwa orang itu jatuh atau bagaimana, yang jelas yang hanya dipikiran Alra adalah dirinya harus menemui Daina.
Alra kecewa berat dengan Daina. Ia pikir gadis itu adalah seseorang yang sangat ia percayai, namun nyatanya tidak.
“Daina!” panggil Alra dengan lantang setelah menemukan Daina di kantin bersama teman-temannya yang lain.
“Hai, Alra.” Daina menyapa Alra dengan tersenyum seolah tidak ada masalah apa pun. Alra tidak berniat untuk membalas sapaan Daina dan hanya menghampirinya dengan tatapan marah.
“Lo jahat banget ya, Na! Gue nggak nyangka ternyata lo bisa ngelakuin ini ke gue!” ucap Alra yang marah dan kecewa kepada Daina.
“Maksud lo?” Daina tidak paham.
“Barang-barang guru,” Alra mencoba untuk mengatur nafasnya agar tidak sesak. “Itu semua lo, ‘kan? Lo yang ngasih tau semua itu ke guru?”
Wajah Daina yang tadinya ramah berubah menjadi ekspresi jahatnya. Ia mengeluarkan senyuman liciknya dan melipat kedua tangannya. “Oh? Jadi lo udah tau ternyata itu gue?”
Alra terkejut mendengar itu. Ia membulatkan mulutnya dan benar-benar tidak percaya. “Jadi semua itu gara-gara lo?!”
Daina tertawa sinis, “Hahaha! Ya iyalah itu gue.”
Alra mencoba untuk menahan amarahnya, “Kok lo tega sih kayak gini sama gue? Jangan bilang kalo foto-foto yang ada di mading waktu itu-”
“Iya, itu semua gara-gara gue.” Belum selesai berbicara, Daina sudah memotong duluan.
“APA?!” Alra sangat terkejut.
“Foto-foto mencopet lo sampai barang-barang guru yang lo curi, itu gue semua yang ungkapin. Gimana? Lo masih kaget?” Daina menaikkan nada bicaranya, dan membuat Alra sangat kecewa karena sahabatnya ini sama sekali tidak pernah berbuat jahat kepadanya.
“Gue sering nguntit lo termasuk waktu lo mau nyopet. Gue nguntit lo diem-diem dan foto semua kegiatan mencopet lo. Gue juga diem-diem masuk ke kosan lo buat ngambil barang-barang punya guru. Gue langsung kasih semua itu ke Bu Inda dan ngasih tau juga kalo lo pelakunya. Gue tau semua tentang lo, Alra!”
“Lo jahat! Kenapa lo tega nusuk gue kayak gini, hah?! Kenapa lo khianatin gue, Na?! gue kira kita itu sahabat!”
Daina berdecih mendengarnya, “Cih, sahabat? Sahabat macam apa yang setia sama pencopet kayak lo? Nggak level banget.”
Hati Alra berasa ditusuk oleh ribuan jarum. Hatinya benar-benar sakit mengetahui bahwa pelaku dibalik semua ini adalah Daina. Ia sudah percaya sepenuhnya kepada Daina, dan ia tidak menyangka bahwa Daina meng-khianatinya seperti ini.
“Gue nggak nyangka lo ternyata busuk di belakang ya.” Alra menyeringai di akhir kalimatnya.
“Ya, begitulah gue. Gue berharap dengan gue yang ngelakuin ini semua, lo bisa keluar dari sekolah ini! Tapi nyatanya, kenapa lo masih aja dipertahanin? Gue kesel banget.” Daina berkacak pinggang dengan tingkat amarah yang akhirnya bisa ia luapkan.
“Gue dengan senang hati bisa keluar dari sekolah ini biar nggak ketemu cewek yang gila perhatian ke guru kayak lo!”
“Apa lo bilang? Cewek gila perhatian guru?” Daina geram. “Lo masih lebih buruk dari gue! Cewek nakal, tukang bolos, pencopet, anak brokenhome, dijauhin orang-orang! Nah, masih ngira kalo gue cewek buruk dibanding lo?”
Alra hendak melayangkan tamparannya ke arah wajah Daina. Namun ketika hampir menyentuh wajahnya, Alra menahan tamparannya itu dan menatap Daina dengan penuh kekesalan.
“Kenapa? Tampar aja! Kok nggak jadi?” tantang Daina seakan tidak takut. Alra sangat geram terhadap Daina dan ia menggerutu di dalam hati. Nampaknya ia masih tidak tega karena di dalam lubuk hatinya itu ia sangat peduli kepada Daina dan masih menganggap gadis itu sebagai sahabatnya.
“Nangis aja, keluarin tuh air mata! Gue nggak pernah tuh liat lo nangis. Dasar cewek sok kuat!” Teriak Daina yang amarahnya memuncak. Kini Daina dan Alra menjadi tontonan gratis murid-murid SMA Harapan Bangsa.