Jam menunjukkan pukul 10.15 WIB, lelaki berumur 24 tahun, yang memakai kemeja kerja berwarna biru dongker—Altarik Regi Syaputra—tengah melamun di kursi kerjanya, alih-alih mengerjakan pekerjaannya. Pikirannya itu, malah melayang ke mana-mana. Raga boleh saja berada di dalam ruangan kantornya, tapi tidak dengan pikirannya yang entah ada di mana.
Drt ... Drt ...
Suara dering ponselnya itu, membuat lamunannya buyar seketika. Ia mengambil ponsel yang berada di atas meja kerjanya, tanpa butuh waktu lama. Ia menjawab telepon itu, setelah melihat nama yang tertera pada layar ponselnya. “Hallo, apaan?” tanyanya to the point.
“Assalamualaikum dulu.”
“Assalamualaikum, calon Pak Dokter.”
“Waalaikum salam. Nah, gini kan enak.”
“Mau ngapain lo telepon gue jam segini? Enggak tau apa gue lagi kerja.”
“Halah, kayak yang iya aja lo kerja. Tiap gue lihat, lo santai-santai aja, tuh.”
"Gue, kan, CEO-nya, terserah gue dong mau ngapain aja."
“Dih, nggak tanggung jawab banget. Oh, ya, tolong jemput Lexan sekarang, ya.”
“Kenapa harus gue? Kenapa enggak lo aja?”
“Gue nggak bisa, ada kelas bentar lagi.”
“Ya, sudah, kalau gitu Adzwa aja.”
“Adzwa juga nggak bisa, dia lagi ngidam bikin vlog. Jadi, nggak bisa diganggu.”
Regi berdecak, kenapa istri Azka itu selalu banyak tingkahnya saat tengah mengandung? Iya, kalau mandiri. Ini selalu menyusahkan yang lain untuk memenuhi ngidamnya. “Dasar bumil! Suruh Aldi atau enggak Sandy aja lah, jauh tau kalau gue jemput, bakalan lama. Gue ada di kantor ini.”
“Gue udah minta mereka, tapi dua-duanya sibuk. Jadi, nggak bisa. Lo aja, ya, kasihan Lexan pasti udah nunggu.”
“Yaudah, deh.”
“Bener, ya, Gi. Awas lo kalau bohong, nanti langsung bawa Lexan ke rumah. Jangan bawa ke mana-mana dulu. Soalnya kemarin dia baru sehat dari sakit.”
“Iya, iya, bawel banget lo!”
Tut.tut.tut.
Tanpa mendengar ucapan dari seseorang yang ada di seberang sana lagi, lelaki yang biasa dipanggil Regi oleh keempat sahabatnya itu. Memutuskan panggilannya secara sepihak. Setelah itu, ia bangkit dari kursinya untuk pergi menjemput seseorang, sebelum bumil ngomel-ngomel padanya.
———
Setelah menghabiskan waktu di perjalanan, kurang lebih selama lima puluh menit. Akhirnya, Regi pun sampai di tempat tujuannya. Ia memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, lalu keluar dan berjalan memasuki TK Permata Sari.
Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang yang dijemputnya kali ini, TK itu sudah sangat sepi. Pastinya semua muridnya sudah pulang sejak pukul sepuluh tadi. Hingga akhirnya ia bisa melihat anak berusia lima tahun setengah yang tengah main jungkat-jungkit bersama temannya di taman TK.
“Lexan!” panggilnya sambil berjalan untuk menghampiri anak lelaki itu.
Yang dipanggil, langsung mengalihkan pandangannya dan tersenyum saat melihat Regi yang sudah menjemputnya. “Ayah!” sahutnya berteriak, lalu turun dari jungkat-jungkit, yang diikuti oleh temannya itu untuk menghampiri Regi.
Regi menyejajarkan tubuhnya dengan anak itu, lalu mengacak rambut jagoannya dengan lembut. “Maaf, ya, Ayah telat jemputnya. Tadi di jalan sedikit macet,” ucapnya sedikit menjelaskan keterlambatan menjemputnya.