Altar & Altarik

Reza Lestari
Chapter #4

Dia

Seorang perempuan cantik berjalan dengan hati-hati sambil membawa sebuah baki yang terdapat dua gelas jus alpukat di atasnya, menuju meja yang ditempati oleh pelanggan untuk mengantar pesanannya. Setibanya di meja nomor 9, ia pun meletakkan jus alpukat itu di atas meja dengan hati-hati agar tidak tumpah.

“Selamat menikmati,” ucapnya sopan tak lupa dengan senyumya yang mengembang.

“Terima kasih,” kata salah satu pelanggan restoran itu yang dibalas dengan anggukannya.

Setelah itu, ia pergi untuk melayani pelanggan restoran yang lainnya. Namun, baru saja ia berjalan beberapa langkah. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat ia tak sengaja bertabrakan dengan seseorang, yang ternyata orang itu adalah Kakak dari pemilik resto yang menjadi tempat kerjanya itu.

“Aduh, maaf. Saya minta maaf Mas Zivan, saya tidak sengaja,” ucapnya sambil menundukkan kepalanya.

“Tidak apa-apa, Ayanna. Saya juga salah barusan, terlalu fokus sama ponsel dan tidak memperhatikan jalan,” ujar Zivan memaklumi, lagi pula memang bukan kesalahan perempuan itu sepenuhnya. “Oh, ya, apa Adzwa ada di sini?” tanyanya.

“Mbak Adzwa lagi pergi buat jemput anaknya, Mas. Mungkin sebentar lagi juga kembali,” jawab perempuan bernama Ayanna Syifa Vallery yang tertera pada name-tag yang terpasang pada seragam resto bagian kanan dadanya.

“Ya udah, kalau gitu saya tungguin aja.” 

“Mas Zivan mau minum sesuatu? Biar saya ambilkan?” tawar Ayanna.

“Boleh, saya mau jus jeruk aja, ya,” ucap Zivan yang langsung diangguki Ayanna.

“Kalau gitu, Mas Zivan duduk dulu aja. Nanti, saya antar jusnya.” Zivan mengangguk, lalu mencari meja kosong untuk ditempatinya. Sedangkan, Ayanna pergi ke dapur untuk membuatkan pesanan Zivan.

Ini adalah hari ketujuh Ayanna bekerja di A Five Resto, ia bersyukur bisa bertemu Adzwa seminggu yang lalu. Di mana ia sedang kebingungan mencari pekerjaan baru, karena ia sudah dipecat dari tempat kerjanya dulu hanya karena sebuah kesalahpahaman. Tetapi, seminggu yang lalu Tuhan mempertemukannya dengan Adzwa yang menawarkan dirinya untuk bekerja di restoran miliknya secara cuma-cuma.

Adzwa sangat baik hati padanya, padahal Ayanna hanya membantu membawakan barang belanjaan Adzwa saja saat itu, karena ia melihat perempuan itu yang tampak keberatan dengan belanjaan yang dibawanya. Apalagi, Adzwa tengah mengandung. Membuatnya tak tega jika membiarkannya membawa barang sendiri, tapi siapa sangka. Setelah membantu membawa barang belanjaan Adzwa. Saat itu juga, Adzwa menawarinya untuk bekerja di restorannya. Tanpa berpikir lama, Ayanna menerima tawaran itu karena ia memang sangat membutuhkan pekerjaan. Zaman sekarang untuk mendapatkan pekerjaan sangat susah.

———

Regi menghentikan mobilnya tepat di depan TK Permata Sari, tempat Alexan sekolah. Sebenarnya tidak ada yang menyuruhnya untuk menjemput Alexan sekarang, tapi entah kenapa ia ingin sekali datang ke sana. Ia pun keluar dari mobilnya, lalu memasuki TK itu. Namun, langkahnya sempat terhenti saat ia berpapasan dengan Adzwa dan juga Alexan.

“Ayah,” ucap Alexan dengan senyuman yang mengembang.

“Hei,” sapanya sambil mengelus kepala Alexan.

“Mau ngapain lo ke sini? Yang jemput Alexan, kan, gue?” tanya Adzwa heran melihat Regi yang datang juga ke TK anaknya sekolah. Padahal, ia tidak meneleponnya untuk meminta Regi yang menjemput Alexan hari ini.

“Gue kira lo nggak bisa jemput Alexan kayak kemarin, makanya gue datang ke sini,” jawabnya, meski ada jawaban lain di hatinya kenapa ia datang ke sana. 

“Kalau gue nggak bisa jemput Alexan, pasti gue telepon lo, Aldi atau Sandy dulu. Tapi nggak apa-apa lah, sekarang lo anterin kita aja ke resto. Tadi gue ke sini naik taksi soalnya, jadi sekarang lo anterin kita,” ujar Adzwa, lalu berjalan lebih dulu ke mobil Regi bersama Alexan.

Sedangkan Regi sendiri masih diam di pijakannya sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat itu, seperti sedang mencari seseorang. Namun, tak ia temukan orang yang ingin dilihatnya kali ini.

“Ayah, ayo kita pulang!” teriak Alexan menyadarkan Regi.

Lihat selengkapnya