Apa kamu percaya dengan cinta pada pandangan pertama? Putri Yuniata tidak percaya akan hal itu. Bagaimana bisa jatuh cinta pada seseorang yang baru ditemui dan belum dikenal?
Tapi inilah yang kini dialaminya. Jatuh cinta dengan salah satu teman sekelasnya. Ah, tidak bisa dikatakan sebagai jatuh cinta pada pandangan pertama sih mengingat mereka sudah sekelas selama tujuh bulan. Jauh lebih cocok dikatakan sebagai jatuh cinta saat mata mereka saling menatap untuk pertama kalinya.
Padahal sebelumnya Putri tidak merasa tertarik sedikit pun pada laki-laki ini. Tapi saat dia dibantu mengambilkan buku yang berada di rak perpustakaan, mata dengan sorot tajam itu seolah langsung menghipnotis Putri.
Memang bukan tatapan lembut yang bisa meluluhkan hati, tatapan yang diberikan justru terasa sangat menusuk seolah bisa mengeluarkan jiwa Putri dari tubuhnya. Tapi bukan jiwa yang diambil oleh laki-laki ini, yang sukses diambilnya adalah hati Putri dalam kurun waktu tidak lebih dari sepuluh detik.
Laki-laki bernama lengkap Jaka Mahardika ini memang memiliki wajah yang pantas mendapat pujian tampan, tapi tidak berarti Putri bisa dengan mudahnya jatuh cinta kan? Apalagi karena menjadi cowok most wanted di sekolah ada banyak siswi yang selalu mencoba mengincarnya. Tapi tidak ada yang berhasil. Mereka selalu dicueki dan langsung ditinggal pergi begitu saja.
Karena terlalu sulit didapat, banyak yang menyerah, lagian laki-laki tampan di sekolah bukan hanya ada Jaka seorang kan? Itulah yang awalnya diyakini oleh Putri.
Tapi semakin Putri ingin membantah telah menyukai Jaka, semakin besar pula rasa penasarannya pada cowok itu. Dan karena terus dibuat penasaran, Putri pun sering memperhatikan semua aktivitas yang Jaka lakukan saat sedang berada di sekolah. Terus, dan terus memperhatikan sampai pada akhirnya mengerti dia memang sudah dibuat jatuh cinta.
Jujur saja ini terasa aneh. Mereka kan tidak pernah bertegur sapa, jarang bertatap muka, dan Putri hanya satu dari sekian banyak siswi yang mengagumi Jaka dari jauh. Tapi fokus matanya tidak pernah lepas dari sosok berwajah Melayu itu, seolah di sekolah tidak ada hal lain yang bisa dipandang.
Jadi setelah yakin dengan perasaannya, Putri berniat langsung mengutarakan hari ini juga. Terlalu terburu-buru? Mungkin iya, tapi biarlah, lagian ada banyak perempuan yang juga sudah pernah melakukan hal yang sama sepertinya. Tidak salah kan Putri ingin mencoba peruntungannya?
Sepulang sekolah, tanpa mencoba melakukan persiapan dan juga latihan dahulu, Putri berjalan mendekati Jaka yang sedang ingin mengambil motor putih di tempat parkir sekolah. Pas sekali tidak ada orang di sini, jadi tak memalukan jika sampai harus ditolak.
"Aku menyukaimu," setelah berhasil mengatakannya, Putri menunduk dengan gelisah. Jaka saat ini memang dalam posisi membelakanginya, tapi mengutarakan perasaan membuatnya merasakan gugup luar biasa.
Putri memainkan jemari tangannya sambil kembali bicara, "Jaka mungkin tidak terlalu mengenalku dan menganggapku aneh karena tiba-tiba mengatakan suka. Tapi aku hanya ingin mengatakannya saja kok."
"Tidak ingin jadi pacarku?"
Putri menggeleng cepat. Dia hanya ingin dekat dengan Jaka, dan ingin jauh lebih mengenalnya. Jika mereka sudah cukup dekat, ada kesempatan mengatakan perasaan lagi dan diterima, "Ti- tidak. Sekarang aku hanya ingin bisa dekat denganmu, lagian Jaka juga pasti tidak ingin pacaran dengan perempuan yang tidak begitu kamu kenal kan?"
Jaka meletakkan helm yang dipegangnya kemudian berbalik untuk menatap Putri, "Siapa namamu?"
Mereka kan sekeles, tidak bisa kah cowok ini minimal menghafal semua nama siswi yang ditemuinya hampir setiap hari? Kenapa dia bisa begitu sangat cuek sekali sih? "Putri."
"Kenapa kamu menyukaiku?"