Putri Yuniata adalah seorang siswi yang masuk kategori pintar di kelasnya, terbukti karena nilai-nilai ujiannya tidak pernah berada di bawah angka 70. Tapi saat tiba-tiba dihadapkan dengan hal yang di luar logika, Putri sama sekali tidak tahu harus bagaimana.
Apa-apaan yang tadi itu? Jaka mengalami kepribadian ganda? Tidak mungkin, mustahil. Putri tidak percaya.
Mungkin saja laki-laki yang ditemuinya tadi adalah saudara kembar Jaka. Tapi menurut informasi dari salah satu temannya yang merupakan anggota OSIS, Jaka hanya memiliki saudara perempuan yang memiliki perbedaan usia sepuluh tahun lebih muda. Jadi dugaan yang sempat Putri pikirkan pastilah salah.
Dan sungguh mustahil seorang Jaka Mahardika yang terlihat selalu serius dan tenang mau mengerjainya. Putri bahkan tidak pernah memimpikan kejadian semacam itu dapat terjadi.
Karena merasa penasaran dan ingin membuktikan kebenarannya, Putri mulai mencari segala macam informasi mengenai kepribadian ganda. Mulai dari informasi yang didapat dari internet, sampai membeli film Korea yang kebetulan mempunyai tema mengenai kepribadian ganda. Putri mau rasa ingin tahunya terpenuhi.
Pada akhirnya Putri sukses menyelesaikan menonton film tersebut pada hari Sabtu dan Minggu saat sekolah libur. Dan sekarang di hari Senin Putri harus rela punya kantung mata karena kurang tidur. Dia benar-benar lelah sekarang, dan juga masih merasa mengantuk.
Walau sudah menonton film, bahkan sampai terbawa perasaan dan menangis. Rasa penasaran Putri pada kepribadian ganda belum juga terpuaskan. Putri masih tidak bisa mengerti secara penuh mengenai masalah kejiwaan yang satu ini.
Saat Putri masuk ke kelas, matanya langsung terbuka lebar saat melihat Jaka yang melambaikan tangan padanya sambil tersenyum.
Dia salah lihat? Putri mengucek-ngucek matanya karena mungkin saja yang tadi hanya khayalan. Mungkin karena terlalu banyak memikirkan tentang Jaka, Putri berfantasi melihat laki-laki itu tersenyum padanya.
Tetapi tatapan Jaka masih mengarah padanya, dan senyum yang tergambar di wajah tampan itu juga tak hilang. Oke, mungkin Putri harus mencuci muka dulu sebelum pelajaran dimulai. Pasti ada yang salah dengan matanya.
"Kamu tidak mengerjakan tugasnya?"
Putri yang hampir saja tertidur di kelas karena terlalu lelah melakukan maraton menonton film langsung cepat-cepat membuka kelopak matanya selebar mungkin saat mendengar suara bentakan guru yang sedang mengajar. Tapi ternyata yang dibentak bukanlah dirinya, melainkan Jaka.
"Aku tidak tahu."
Guru ekonomi yang terkenal galak dan sering memberikan tugas itu sedang berkacak pinggang di hadapan Jaka yang duduk di bangku terdepan, "Apanya tidak tahu? Tugas ini sudah diberikan sejak minggu kemarin. Apa kamu mau beralasan karena tidak mengerjakannya?"
"Sudah dikerjakan kok. Tapi aku tidak membawa bukunya."
"Tidak membawa kau bilang!? Kamu berniat sekolah atau tidak sih?"
Tidak ada jawaban yang diberikan, Jaka hanya sekedar membalas tatapan sang guru. Terlihat cuek dan begitu santai walau sedang dimarahi.
Guru laki-laki itu menggeram kesal, "Sekarang keluar dari kelas! Dan sebagai hukuman, kamu harus lari keliling lapangan sepuluh putaran."
"Hanya sepuluh?" tanya Jaka yang terdengar seperti sedang mengajukan tantangan.
"Dua puluh putaran. Sekarang ke luar!!"