Sekarang hari Selasa. Iya, Selasa. Berapa kali pun Jaka membaca deretan huruf yang berada di layar ponsel yang menunjukkan hari, tanggal, dan bulan. Hasil yang didapat tetap saja sama, ini memang hari Selasa.
Padahal Jaka ingat tidur di hari Minggu malam Senin, lalu kenapa saat bangun sekarang justru hari Selasa? Oke, dia mengalami kepribadian ganda, ini sudah cukup sering terjadi. Vian pasti kemarin menggantikannya.
Dengan cepat Jaka buru-buru bangkit dari atas tempat tidur untuk mempersiapkan diri berangkat ke sekolah. Dia harus memastikan kemarin tidak ada kejadian aneh yang terjadi.
Setelah sampai sekolah dan berpapasan dengan teman-teman sekelasnya yang kebetulan juga baru berdatangan, Jaka menghela napas dengan lega melihat tidak ada perubahan ekspresi yang berlebihan. Berarti Vian tidak melakukan sesuatu yang sangat mencolok di sekolah selama hari Senin ya?
"Vian, tunggu!"
Kaki Jaka berhenti melangkah, apa di sekolah ada murid yang memiliki nama Vian? Sepertinya tidak ada. Tapi mustahil panggilan ini ditujukan untuknya. Yang bisa memanggil dengan nama Vian hanya orang-orang yang tahu rahasia Jaka, dan di sekolah tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.
Masih dengan perasaan bingung, Jaka menatap seorang perempuan dengan tinggi 155 cm yang berdiri di hadapannya dengan wajah cemberut, "Karena apa yang kamu lakukan kemarin, kita digosipkan yang aneh-aneh. Kamu harus membantuku memberi penjelasan."
Jaka menghela napas dengan lelah, jadi Vian memang melakukan sesuatu ya? Dan dengan seorang perempuan juga lagi. Jaka masih ingat perempuan bernama Putri ini telah mengatakan suka padanya hari Jumat kemarin.
Yang tidak dapat dimengerti adalah nama yang Putri panggil, "Kenapa kamu memanggilku Vian?"
"Itu namamu kan?"
"Aku bukan Vian, sepertinya kamu salah orang," walau merasa penasaran bagaimana gadis ini tahu nama Vian, Jaka lebih memilih menghindar dan kembali berjalan menuju kelas.
Tapi sebelum sempat melangkah pergi, pergelangan tangan kanannya ditahan, "Kemarin kamu menyuruhku memanggil dengan nama Vian. Bahkan juga diminta mengatakan sampai jumpa sambil melambaikan tangan segala."
Karena tidak ingin Vian benar-benar muncul sekarang, Jaka menepis tangan yang menahannya sambil mengatakan hal yang sudah diketahui oleh semua murid di sekolah, "Aku Jaka."
"Jaka?"
Jaka mengangguk, "Iya, Jaka, Jaka Mahardika. Dan berhentilah memanggilku Vian, itu bukan namaku."
"Kemarin kamu mengaku bernama Vian."
"Aku tidak melakukannya."
"Hari Jumat kamu juga mengakuinya, bahkan sampai mengatakan tertarik padaku."
Jaka sama sekali tidak ingat dengan yang sudah terjadi di hari Jumat setelah Putri mengatakan suka, tapi dia tahu kebiasaan beberapa perempuan yang sudah pernah ditolak olehnya, "Aku menolakmu. Sama sekali tidak merasa tertarik, dan tidak mau menjadi pacarmu."
"Aku tidak ingin jadi pacarmu kok."
Menyadari Putri secara perlahan mulai berjalan mendekat, Jaka secara refleks melangkah mundur untuk menghindar, "Lalu untuk apa pernyataan cintamu?"
"Aku hanya ingin lebih dekat denganmu."
"Kalau begitu sekarang menjauhlah dariku!" protes Jaka yang merasa risi karena Putri terus melangkah mendekat dan membuatnya harus melangkah mundur.
Tapi Putri tetap berjalan mendekat, tidak memedulikan penolakan yang dilakukan Jaka, "Kenapa?"
"Aku tidak ingin dekat denganmu."
"Padahal kemarin kamu mengatakan suka, bahkan juga mengatakan ingin menjemputku."
Langkah mundur yang dilakukan Jaka terhenti karena tubuhnya terasa menegang, apa yang Vian lakukan sih? Kenapa harus membuat janji dengan perempuan? "I- itu kemarin, sekarang lain lagi."
"Vian mengatakan Jaka mengalami kepribadian ganda."
Bola mata coklat tua milik Jaka membulat terkejut. Vian mengakuinya? Vian mengatakan mengalami kepribadian ganda pada gadis ini? Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tidak mengaku sebagai saudara kembar saja jika memang sudah dicurigai?