Karena terlalu lelah menghadapi Vian selama beberapa hari secara berturut-turut, Putri jadi kurang tidur. Akibatnya dia tidak sengaja tertidur di kelas dan dihukum oleh guru yang mengajar.
Putri memang bisa menerima hukuman ini karena sudah melakukan kesalahan, tapi kenapa Vian sekarang justru harus ikut menemaninya dihukum? "Ini semua salahmu."
Vian yang berdiri di samping kiri Putri tersenyum senang, "Putri memikirkanku ya? Senangnya~"
Iya, Putri memang memikirkan Vian, tapi tidak dalam konteks baik. Sikap cowok ini yang selalu usil, jahil, dan menyebalkan sungguh mengganggu Putri sampai menjadi bahan pikiran yang membuat kepala terasa pusing, "Ck, lalu kenapa Vian sampai ikutan dihukum? Jaka tidak pernah melakukan kesalahan seperti ini tahu, jangan bertindak seenaknya deh."
"Jaka sangat tahu jika aku tipe yang tidak suka belajar, tenang saja. Dan aku sengaja ikut dihukum untuk menemanimu agar tidak merasa kesepian."
"Aku tidak kesepian," Putri mencoba menahan nada suaranya agar tidak berteriak kesal, bisa gawat jika guru tahu dan menambah hukuman lagi kalau dia terlalu berisik.
Vian terkikik pelan kemudian kembali menghadap ke depan, terlihat menikmati hukuman yang sedang dijalankannya.
Putri yang menyadari aksi ini melirik Vian dengan penasaran. Kalau diperhatikan baik-baik, saat sedang tenang dan tidak memberi banyak ekspresi begini, Jaka lah yang sedang menemaninya, "Kenapa Vian selalu mencium tanganku?"
Vian menengok ke kanan untuk menatap Putri dengan bingung mendengar pertanyaan yang diajukan padanya, "Apa Putri jadi merasa lebih tua dariku? Atau jangan-jangan kamu ingin aku mencium bibirmu?"
Putri melotot syok, dia kan cuma penasaran! Bukan mengharapkan mendapat ciuman di bagian tubuh yang lain, "Tidak! Aku tidak mau."
"Hee... ternyata selama ini Putri kecewa ya?" tanya Vian sambil tersenyum jahil.
Putri menggeram kesal, menyesal sudah menanyakan hal yang membuatnya harus sampai digoda oleh Vian, "Mana mungkin!!"
"Ehem."
Secara serempak Putri dan Vian menatap ke arah pintu kelas di mana ada seorang guru yang baru saja berdehem. Sepertinya mereka terlalu keras bersuara ya?
"Karena kalian terlalu asyik bersantai menjalani hukuman, lebih baik sekarang kalian lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali."
Saat guru perempuan itu kembali masuk ke kelas, Putri menunjuk Vian dengan tidak terima, "Ini semua salahmu."
Vian tersenyum tanpa dosa seolah tidak melakukan sesuatu yang salah, "Kalau Putri pingsan, akan kuberikan napas buatan kok."
"Aku tidak mungkin pingsan!" gerutu Putri kesal yang kemudian berjalan pergi untuk memulai hukuman terlebih dahulu dan meninggalkan Vian di belakangnya.
•