Karena Vian sudah memberi berbagai macam masalah, Putri ingin bercerita tentang semua hal yang sudah dialaminya pada seseorang. Tapi masalah yang dialami Jaka adalah sesuatu yang harus dirahasiakan. Jadi akhirnya Putri memilih untuk bercerita pada orang yang sudah tahu masalah Jaka sejak awal, "Aku lelah."
Lia, psikiater yang sudah merawat Jaka selama ini hanya bisa tersenyum. Dia memang sudah menduga perempuan yang pernah diajak Vian datang ke tempat praktiknya pasti suatu saat akan datang lagi sendirian.
Jadi Lia sama sekali tidak merasa terkejut saat Putri tadi memasuki ruangannya, justru dia senang dapat mendengar masalah yang dialami Jaka dari sudut pandang berbeda, "Vian menjahilimu ya?"
"Hampir lebih dari seminggu dia melakukannya."
"Seminggu? Jaka sama sekali tidak menggantikan Vian?" tanya Lia dengan nada tidak percaya.
"Satu kali pun dalam seminggu, tidak."
Lia memegang keningnya sambil memperhatikan dengan seksama ekspresi gadis yang duduk di hadapannya saat ini. Pasti Jaka lebih merasa dipusingkan jika sudah kembali mengambil alih kesadaran ya? "Apa saja yang Vian lakukan padamu?"
"Dia menggodaku berkali-kali setiap harinya. Aku suka pada Jaka, jadi saat Vian melakukan itu aku tidak kuat menahan debaran jantungku."
"Anggap saja Jaka yang melakukannya."
Putri menggeleng dengan lemas, "Jaka tidak mungkin melakukannya."
Lia menghela napas, memang mustahil Jaka melakukan segala macam hal yang berbau romantis, "Tapi bagaimana pun memang Jaka yang melakukannya, hanya saja dengan kepribadian Vian."
"Mereka berbeda," protes Putri dengan nada tidak terima.
"Mereka sama," ucap Lia dengan nada serius, meminta secara tidak langsung agar Putri mau mendengarkan penjelasannya, "tubuh seorang Jaka Mahardika memang membagi dua kepribadian dengan sifat yang begitu berbeda. Tapi Jaka dan Vian tetaplah satu orang yang sama."
Putri menunduk sambil memainkan jemari tangan yang berada di atas pangkuannya dengan gelisah, "Aku tahu, tapi tetap saja..."
"Apa selama ini Putri selalu membedakan antara Jaka dan Vian?"
"Iya."
Lia mengangguk puas, "Mereka memang harus dibedakan. Biar kuberi satu saran baru, saat mau membedakan siapa yang sedang mengambil alih kesadaran, coba perhatikan sorot mata dan ekspresi yang ditunjukkan. Dan jika Putri sudah tahu perbedaannya, kamu dapat membedakan Jaka dan Vian tanpa harus menunggunya bicara."
Selama ini Putri memang membedakan berdasarkan interaksi yang diterimanya, karena lebih mudah dan lebih membuat yakin siapa yang sedang mengambil alih kesadaran, "Aku akan mencobanya."
Lia tersenyum mendengar respon ini, "Benar, jangan sampai kamu tertipu oleh Vian yang berpura-pura menjadi Jaka."