Alter Ego

Fani Fujisaki
Chapter #14

14 - Rival

Karena sebentar lagi ada ujian kenaikan kelas, semua murid menjadi sibuk belajar. 

Putri Yuniata juga termasuk salah satu murid yang perlu belajar lebih banyak untuk mendapatkan nilai bagus. Salah satu alasan yang membuat Putri lebih giat belajar adalah, dia ingin berada di kelas yang sama lagi dengan Jaka.

Sudah hampir satu bulan sejak pertama kali Putri mengetahui rahasia Jaka, tapi karena terlalu sibuk mempersiapkan diri untuk ujian, Putri bahkan hampir lupa dengan masalah yang dialami cowok itu.

"Setidaknya ada perkembangan," gumam Putri saat mengingat kembali Jaka yang baru-baru ini mau sedikit berinteraksi dengannya.

Putri menutup buku yang tadi dibacanya, kalau sudah mengingat Jaka pasti konsentrasi belajarnya hilang.

"Putri?"

Panggilan itu menghentikan lamunan Putri untuk menatap seseorang yang baru saja memanggilnya, "Ya?"

Seorang laki-laki duduk di hadapan Putri sambil tersenyum lembut, "Sedang belajar apa?"

"Matematika," jawab Putri sambil menatap orang di hadapannya dengan sedikit bingung. Dia tidak terlalu mengenal cowok ini karena mereka tidak sekelas, tapi secara tidak langsung Putri mengetahui siapa namanya. Kevin Andrea.

Kevin juga sama seperti Jaka yang sering didekati perempuan, hanya saja dengan sifat yang berbanding terbalik dengan Jaka yang selalu cuek. Walau terkadang masih menghindar, tapi Kevin selalu bersikap baik. Dan anehnya cowok ini belum mempunyai pacar.

Yang membuat Putri semakin heran, kenapa Kevin yang merupakan kategori murid pintar sekarang berada di perpustakaan?

"Apa ada yang tidak kamu mengerti?"

Putri buru-buru kembali membuka buku yang tadi di tutupnya, malu sudah tertangkap basah sedang menatap wajah Kevin, "Tidak kok. Kenapa Kevin ada di sini?"

"Untuk menghindar dari para siswi yang minta diajarkan olehku, dan karena kebetulan melihatmu, jadi sekalian kutegur saja."

Apa sekarang Putri sudah menjadi pelarian bagi cowok yang sedang menghindari perempuan? Jaka pernah melakukannya, dan sekarang Kevin ikut-ikutan juga. Tapi perpustakaan memang tempat yang sepi, jika ingin menghindari sesuatu, di sini cocok menjadi tujuan utama untuk menyendiri.

"Apa Kevin tidak meminjam buku?" tanya Putri yang sedikit merasa risi karena cowok berambut pirang ini tidak melakukan apapun.

Kevin menopang dagunya agar bisa fokus untuk memperhatikan Putri, "Tidak, aku hanya ingin duduk di sini saja."

Kan masih banyak kursi kosong, kenapa harus duduk bersama dirinya? Cowok ini tidak menyukainya kan? Putri tidak ingin berurusan dengan cowok populer dengan tipe seperti Kevin. Menurut pengalamannya, tipe yang terlalu baik seperti Kevin justru cepat membuat kecewa jika sudah dijadikan pacar, "Maaf, aku merasa terganggu jika Kevin hanya duduk memperhatikanku seperti ini."

"Maaf, tapi aku ingin memperhatikanmu seperti ini."

Putri menatap Kevin dengan raut wajah terganggu, tapi perhatiannya langsung teralih saat melihat Jaka yang baru masuki perpustakaan.

Melihat raut wajah tenang yang ditunjukkannya, Putri yakin ini memang Jaka. Rasanya menyenangkan saat mengetahui dia bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan Jaka. Walau cowok itu masih cuek, Putri tetap merasa senang bisa dekat dengan orang yang disukainya.

Walau ada kalanya Putri ingin bertemu dengan Vian.

Tidak! Putri tidak ingin menemui cowok egois dan selalu bersikap semaunya itu. Hari-harinya sekarang berjalan dengan tenang karena Jaka yang sedang mengambil alih kesadaran, jadi Putri berharap Vian jangan dulu menggantikan Jaka.

"Ternyata Putri memang menyukai Jaka ya?"

Ucapan Kevin kembali menyadarkan Putri dari lamunannya, "Apa salah jika aku menyukainya?"

Kevin menghela napas sejenak, "Aku tidak mengerti kenapa kamu lebih menyukai cowok yang tidak bisa didekati. Bukannya lebih mudah menyukai cowok yang mendekatimu duluan?"

Rasanya Putri pernah mendengar kalimat semacam ini dari Vian deh, "Jaka memang sulit didekati, tapi dia baik. Dan lagi aku tidak menyukai cowok yang terlalu mudah dekat dengan perempuan, akan lebih baik kalau cowok itu hanya memperhatikanku seorang."

Kevin melirik ke arah lain, merasa tersindir, "Aku tidak mengerti kenapa Putri memilih jalan yang sulit padahal sekarang sedang ditawari melewati jalan yang jauh lebih mudah."

Lihat selengkapnya