Masa ujian sudah berakhir, liburan semester pun telah usai. Ini hari pertama Putri masuk sekolah sebagai murid kelas dua SMA, tapi dia harus mengawali hari dengan lemas.
Memang Putri sudah berhasil membuat dirinya berada di kelas yang sama lagi dengan Jaka. Tapi cowok itu malah jauh lebih menghindar dari sebelumnya.
Wajar Jaka melakukannya. Putri yang salah karena sudah mengatakan akan membuat cowok itu menyukainya. Kenapa dia terbawa emosi dan mengatakan kalimat yang membuat orang yang disukainya malah menjauh sih?
"Pagi, Putri~"
Secara refleks Putri langsung menjauh dan menatap cowok yang tadi menyapanya. Ini pasti Vian, "A- apa? Kenapa kamu yang mengambil alih tubuh Jaka?"
Vian tersenyum senang, "Kenapa responnya dingin sekali? Apa Putri tidak merindukanku?"
"Aku sama sekali tidak merindukanmu."
"Padahal aku sangat merindukanmu loh."
Kenapa Vian selalu bisa mengatakan kalimat semacam ini dengan santainya sih? Putri sudah cukup lama tidak berurusan dengan Vian, dia perlu waktu untuk menyesuaikan diri lagi.
"Jaka sudah mengatakan padaku, katanya Putri juga menyukaiku ya?"
"Aku tidak menyukaimu."
Vian sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan untuk semakin mendekati Putri, "Jangan malu mengakuinya."
"Aku memang tidak suka."
"Kalau begitu tatap mataku dan katakan dengan jelas."
Dengan takut-takut Putri menatap wajah Vian. Cowok ini sekarang sedang menatapnya dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu lembut. Urghh... kenapa Vian menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?
Vian menghela napas melihat Putri yang kembali memalingkan wajah, "Padahal sebelumnya Putri mengatakan ingin dekat dan mengenalku seperti kamu mengenal Jaka."
Putri menyesal sudah menuruti saran Lia kalau berakhir dengan menjadi bahan kejahilan Vian begini, "Aku tidak ingat sudah mengatakan itu. Lagian yang kusuka adalah Jaka."
"Putri tidak bisa membuat Jaka menyukaimu kalau tak dapat menghadapiku seperti ini loh."
"Kenapa tidak bisa?"
Ohh, akhirnya gadis ini mau juga menatap mata Vian secara langsung, "Tahu kan aku dan Jaka berbagi tubuh? Itu membuat kami mempunyai pikiran dan perasaan yang nyaris sama loh. Jika aku menyukaimu, suatu saat Jaka pasti sadar kalau dia juga menyukaimu."
Putri mengerjap, dia tidak berpikir sejauh itu, "Kenapa Vian menjelaskan hal ini padaku? Bukannya kau ingin membuatku memilihmu?"
Vian mendesah pelan, "Aku tidak ingin menyeretmu ke dalam masalahku. Tapi sejujurnya aku juga lebih setuju dengan pilihan menyatukan dua kepribadian menjadi satu, Jaka tidak boleh kabur lagi dari masalahnya. Jadi, apa Putri benar-benar mau terlibat masalahku lebih jauh? Ada kemungkinan bisa membuat Jaka menyukaimu loh."
Putri terdiam. Dia memang menyukai Jaka, tapi dia tidak benar-benar yakin untuk terlibat dalam masalahnya. Putri belum banyak mengetahui informasi tentang Jaka, dia bahkan tidak mengetahui alasan cowok ini sampai mengalami kepribadian ganda. Apa tidak apa-apa jika dia ikut campur?
"Putri tidak perlu menjawab pertanyaanku sekarang kok. Ya sudah, ayo kita ke kelas!" ajak Vian sambil mengusap kepala Putri dengan lembut.
Putri menahan tangan kanan Vian sebelum sempat berjalan pergi, "Kenapa Vian tiba-tiba mengajukan pertanyaan seperti itu?"
"Putri mengatakan mau membuat Jaka menyukaimu kan? Jika kamu serius, kupikir Putri harus terlibat masalahku lebih dalam."