Salah satu resiko mengalami Alter Ego adalah, harus siap jika tiba-tiba mengambil alih kesadaran kapan pun dan di mana pun.
Jaka sekarang memang sudah merasa biasa saja saat Vian mengembalikan kesadaran dalam keadaan apapun. Dari yang paling mudah ketika bangun tidur, atau dalam kondisi yang membuat Jaka marah dan kesal.
Tapi ini kali pertama Jaka mendapati dirinya berada di tempat yang tidak dikenal. Padahal biasanya Vian selalu mengembalikan kesadaran di tempat yang tidak asing untuk Jaka.
Jaka yang saat ini sedang duduk di atas motornya mengacak-acak rambut dengan frustrasi. Rumah siapa ini? Kenapa dia bisa berada di sini?
"Apa yang harus kulakukan?" Jaka memijit pelipisnya dengan perasaan jengkel. Dia mungkin tidak akan ambil pusing jika Vian bisa diajak bicara, tapi entah kenapa hal itu tidak dapat dilakukan. Lalu Jaka juga tidak membawa ponselnya, jadi dia tidak bisa pulang dengan bantuan GPS.
Sebenarnya kenapa Vian mendadak berada di sini sih? Kan tadi Jaka berpindah kepribadian saat masih berada di dalam rumahnya. Lalu kenapa sekarang malah berada di tempat ini?
Apa Jaka harus mencari orang untuk bertanya jalan pulang? Tapi terasa memalukan anak berusia 16 tahun tersesat di zaman teknologi yang canggih seperti sekarang ini.
"Kenapa Vian masih ada di sini?"
Tubuh Jaka terlonjak kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba itu, tapi begitu melihat orang yang bertanya, Jaka langsung mengerti situasi dan kondisi. Vian tadi mengantar Putri pulang sampai rumah.
"Aku–" Jaka berhenti bicara saat ingat Putri sekarang menganggapnya sebagai Vian. Mungkin tidak masalah sedikit menguji gadis ini, lagian sebelumnya Jaka cukup sukses berpura-pura menjadi Vian. Setelah merasa yakin, Jaka mencoba menarik kedua ujung bibirnya untuk tersenyum, "aku masih ingin bertemu dengan Putri, apa tidak boleh?"
Putri menghela napas, "Tadi kan Vian bilang ingin langsung pulang karena ibumu masih menunggu. Lagian seharusnya Vian tadi tidak membiarkanku masuk kalau ternyata masih mau menunggu di sini."
Oh, ibu sudah sampai rumah ya? Pantas Vian melempar kesadaran pada Jaka, "Aku berubah pikiran. Jadi aku mencoba menunggu sebentar di sini, siapa tahu Putri ke luar lagi."
"Ibuku bertanya kenapa kamu tidak pergi-pergi dari depan pagar, jadi tentu saja aku ke luar lagi."
"Karena Putri sudah rela keluar untuk menemuiku lagi, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Mungkin ke cafe atau taman, Putri mau yang mana?"
"Tidak keduanya."
"Ohh, kalau aku yang ke rumahmu?"
"Oke, aku mau, ke mana saja antara taman atau cafe. Sekarang Vian tunggu di sini, aku mau ganti baju dulu," merasa panik dengan tawaran terakhir yang diberikan, Putri dengan cepat langsung masuk lagi ke rumah.
Jaka yang ditinggal menghela napas, ternyata Putri begitu takut saat sedang berhadapan dengan Vian ya? Ini pertama kalinya. Padahal jika Vian sudah mengambil alih kesadaran dan bersikap manis, perempuan pasti mengharapkan mendapat sikap yang sama terus.
Padahal Jaka dan Vian berbeda. Walau mereka sepertinya mempunyai daya tarik masing-masing, tapi selalu Vian yang dapat menaklukkan hati perempuan. Rasanya sungguh menarik saat Putri masih menginginkan Jaka setelah mengetahui keberadaan Vian.
"Aku sudah siap, sekarang Vian mau mengajakku ke mana? Cafe yang pernah kita datangi?"