Alter Ego

Fani Fujisaki
Chapter #29

28.5

(Sebelum Alter Ego Chapter 28)

Setelah sampai rumah, Jaka langsung berbaring di atas tempat tidur. Seperti biasa kegiatan sekolah banyak menguras tenaga, dan hari ini terasa semakin melelahkan lagi saat mengingat Putri.

Tadi dia memang mengajak Putri kencan. Jaka juga tidak mengerti kenapa mendadak harus mengajak kencan padahal sebelumnya mereka sedang membicarakan tentang orang tuanya.

'Hei.'

Kelopak mata Jaka yang sempat terpejam langsung terbuka untuk merespon Vian yang ingin mengajaknya bicara.

'Kurasa aku sudah bisa menyatu denganmu.'

Jaka dengan cepat langsung bangkit dari posisi tidurnya kemudian berpindah ke ujung kasurnya untuk duduk menghadap cermin. Dia ingin menatap tubuhnya, menatap Vian yang juga berada di tubuh ini, "Kita bisa menyatu? Bagaimana caranya?"

'Tidak perlu disuarakan! Bagaimana jika Ayah dengar? Dan kau juga bisa membuat Kakek khawatir jika melihatmu sedang bicara sendiri.'

Jaka menghela napas kemudian memasang ekspresi serius sambil menatap iris coklat tuanya yang terpantul di cermin, 'Jadi bagaimana caranya? Kenapa terkesan sangat mudah dilakukan?'

'Untuk masalah keluarga sepertinya tidak menjadi sesuatu yang rumit lagi. Sekarang keberadaanku hanya menjadi pelarianmu yang tidak bisa juga merasakan cinta.'

'Oke, memang aku sudah bisa mengatasi Ayah ataupun Ibu, tapi aku kan belum percaya cinta. Lalu bagaimana kita bisa menyatu kalau hal itu belum terjadi?'

Andai Vian yang sedang mengambil alih kesadaran, dia pasti akan menghela napas, 'Ya, benar. Tapi Putri sudah menerimamu dengan segala macam sifat yang kita miliki, hanya itu kan yang kau butuhkan?'

Jaka menatap ke arah telapak tangan kanannya, 'Aku tidak ingin menyakitinya.'

'Sebelum mengalami Alter Ego apa kau pernah bersikap kasar pada perempuan? Aku sangat yakin kau tidak mungkin menyakiti orang lain tanpa suatu alasan yang jelas.'

'Aku bisa saja nantinya menyukai perempuan lain.'

'Kau belum menikahinya! Jangan berpikir berlebihan deh, untuk saat ini tidak ada yang salah jika kau sampai menyukai perempuan lain,' Vian lama-lama merasa aneh dengan tanggapan yang diberikan Jaka.

'Ugh... baiklah, kau menang. Tapi itu tidak menjelaskan bagaimana kita bisa bergabung.'

Jaka mungkin sering lelah saat menghadapinya, tidak aneh kalau Vian juga bisa merasakan hal yang sama, 'Aku juga tidak begitu yakin. Tapi jika kau bisa disentuh Putri dan aku tidak menggantikanmu selama kencan nanti, Jaka harus terima sudah tertarik dengannya. Ini sebuah kemajuan.'

Selama ini Jaka tidak mudah menyentuh seorang perempuan karena ada kemungkinan Vian menggantikannya. Jadi jika kesadarannya tak terganti, itu memang sebuah kemajuan. Tapi rasanya ini masih belum meyakinkan.

'Ya sudah besok coba datang saja ke tempat praktik Bu Lia.'

"Vian mengatakan kami sepertinya sudah bisa bergabung."

Baru juga datang dan duduk di hadapannya, Jaka mendadak bicara hal yang begitu mengagetkan, wajar Lia sempat terpaku sejenak, "Kalian bisa menyatu? Bagaimana caranya? Kita sudah melakukan berbagai cara selama enam tahun dan selalu gagal."

Jaka melirik ke arah lain, "Untuk masalah keluarga sepertinya tidak ada malasah serius lagi. Kurasa yang diperlukan sekarang hanya seorang perempuan yang menyukaiku dan aku yang tertarik dengannya."

Lihat selengkapnya