Putri masih sangat ingat seperti apa pertemuan yang membuatnya merasa tertarik dengan Jaka.
"Apa kau mau mengambil buku yang ini?"
Yang dilakukan Jaka hanyalah hal sederhana, membantu mengambilkan sebuah buku yang tidak bisa terambil karena berada di rak perpustakaan yang paling tinggi. Tapi entah kenapa hanya dengan mendengar suara baritonnya yang bertanya dan menatap dari jarak dekat, Putri langsung merasa terpesona.
Iya, ini memang tidak masuk akal. Tapi sejak insiden itu Putri jadi sering memperhatikan Jaka dan mencari tahu segala macam tentangnya.
Jaka yang selalu menolak pernyataan cinta dengan langsung pergi setelah mengatakan maaf, ada cukup banyak siswi yang juga tertarik dengannya, Jaka yang selalu menghindari perempuan tanpa alasan yang jelas, dan Jaka yang kabarnya tidak pernah sekalipun tersenyum pada perempuan.
Tapi pernah satu kali Jaka tersenyum padanya. Saat mereka mau berjalan berpapasan, tatapan mereka bertemu, dan kemudian Jaka tersenyum. Senyum yang membuat Putri terpaku dan kembali membuatnya jatuh cinta. Senyum yang sebenarnya merupakan awal pertemuan Putri dengan Vian.
Memang saat itu Putri tidak sadar. Tapi setelah tahu rahasia Jaka, Putri yakin yang tersenyum padanya adalah Vian. Dua pertemuan yang berbeda dan membuat Putri menyukai dua kepribadian cowok itu. Dan kini Vian sudah tidak ada lagi. Vian sudah menyatu dengan Jaka.
Putri sangat tahu ini bukanlah perpisahan yang sering dialami sepasang kekasih.
Vian tidaklah meninggalkannya karena memilih perempuan lain. Kalau seperti itu, Putri tidak keberatan selama orang yang dia sukai bahagia.
Mereka pun tidak dipisahkan oleh jarak. Karena selama masih berada di bawah langit yang sama, pasti ada berbagai macam cara untuk bisa bertemu lagi.
Tidak juga dipisahkan oleh kematian. Walau tidak pernah dipertemukan kembali, masih ada tempat peristirahatan terakhirnya yang dapat dikunjungi. Bahkan masih bisa dikenang dengan sebuah foto atau video.
Vian tidak seperti itu, dia berbeda. Dia ada karena Jaka ada. Dia adalah bukti bagaimana kelamnya masa lalu Jaka. Keberadaannya tidak nyata, karena Vian adalah bagian dari diri Jaka. Foto atau video tidak bisa menggambarkan keberadaan Vian.
Sebelum berpisah, Putri dikirimi semua foto dan video saat Vian sedang menempati tubuh Jaka.
Ekspresi wajah serta bagaimana cara berbicara, sangatlah seperti Vian yang Putri kenal. Tapi wajah, serta nada suara, semuanya milik Jaka. Vian tidak memiliki apa-apa, sejak awal tidak ada apapun yang benar-benar dimilikinya. Putri mengerti, karena sangat mengerti maka dia tidak bisa menganggap foto dan video kiriman itu sebagai 'seorang' Vian.
Vian dan Jaka adalah orang yang sama. Keduanya sama-sama disukai oleh Putri, tapi Vian lah yang lebih banyak membuat kenangan manis saat mereka sedang bersama.
Tidak, Putri tidak akan egois dengan menyukai Vian saja setelah mengetahui keberadaannya. Karena tidak mungkin Vian ada kalau Jaka juga tidak ada. Dua sosok yang disukainya itu masih berada di tubuh yang sama. Mereka hanya menjadi satu.
Jika ingin egois, anggap saja Putri mendapatkan keduanya secara bersamaan. Tidak perlu memilih salah satu dan menyakiti satunya lagi. Keduanya akan didapatkan oleh Putri.
Memang Putri belum tahu seperti apa Jaka yang sekarang. Tapi Putri yakin di dalam diri Jaka masihlah ada Vian. Entah seberapa besar pengaruh Vian dalam diri Jaka. Tapi pasti ada, karena Vian adalah Jaka. Mereka akan tetap bisa terus bersama.
Sekeras apapun Putri berpikir sekarang, kesimpulan akhirnya tetaplah sama. Putri harus membuat Jaka jatuh cinta padanya.
Melihat cowok itu sedang berjalan di depannya, Putri menenangkan diri sejenak kemudian memulai awal yang baru ini dengan sebuah sapaan, "Pagi, Jaka."
Jaka menatap Putri yang sudah berada di samping kanannya kemudian tersenyum, "Pagi, sepertinya keadaanmu baik-baik saja ya?"
Putri tidak tahu bagaimana harus merespon. Tangan kanan Jaka sekarang sedang mengusap kepalanya dengan begitu lembut. Dan lagi wajah Jaka terlihat jelas seperti sedang senang.