"Kau terlalu baik pada perempuan, Vian."
Kevin mengernyitkan dahi dengan bingung, "Memang kenapa? Kata ibuku, aku harus bersikap baik pada perempuan."
"Memang harus baik pada perempuan. Tapi kalau terlalu baik, kau jusru bisa menyakiti mereka loh."
Mendengar ucapan itu, Kevin tidak bisa menahan tawanya, "Mana mungkin bisa menyakiti hanya karena aku yang terlalu baik? Kau ada-ada saja deh, Jaka."
Kevin tidak mengerti. Dia sungguh tidak mengerti. Kenapa mendadak ingatan masa lalunya dengan Jaka kembali teringat? Padahal Kevin datang ke perpustakaan untuk meminjam buku dan sekalian ingin menghabiskan waktu istirahat dengan sedikit lebih tenang. Tapi kenapa tiba-tiba malah teringat pada masa lalu?
Kevin menghela napas, matanya kembali fokus pada buku yang tadi sudah dipinjam. Ini mungkin efek karena dia dan Jaka sedang memperebutkan satu perempuan yang sama ya?
"Oh, jadi kau menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan ya?"
Kevin melihat ke arah orang yang tanpa permisi sudah duduk di hadapannya, "Jaka. Kenapa kau ada di sini?"
Jaka tersenyum sambil menunjuk ke arah buku yang dipegangnya, "Aku tadi mau meminjam buku. Dan saat melihatmu di sini, aku memutuskan ikut duduk."
Kevin kembali fokus pada buku yang berada di atas meja yang memisahkan jarak antara dirinya dan Jaka, "Di sini jauh lebih menenangkan. Aku malah tidak mengerti kenapa kau masih bisa merasa tenang saat di kantin."
"Kalau itu kau, aku mengerti sih jika tiba-tiba ada perempuan yang meminta duduk bersama saat di kantin. Dan kalau untuk yang cowok, yah... mereka bisa menjadi teman yang baik sebelum tahu perempuan yang mereka suka ternyata menyukaimu."
"Abaikan saja, mereka hanya iri. Aku hanya perlu membuat mereka merasa membutuhkan bantuanku agar nantinya menyesal sendiri."
"Kevin tidak berubah ya?" gumam Jaka sambil menopang dagunya.
"Jangan mengatakan itu dengan nada seperti kau sedang merayu perempuan deh!" protes Kevin sambil menatap cowok di hadapannya dengan aneh.
Jaka tertawa, tadi kan dia bicara dengan nada biasa saja, "Tapi Kevin tidak berubah kok. Terutama sifat baikmu pada perempuan."
Apa Jaka baru saja menyindirnya? Padahal Jaka dulu sering melarangnya untuk tidak bersikap terlalu baik. Kevin berdecak kesal, "Iya, iya, karena sikap baikku aku jadi menyakiti Tiara."
Kedua netra Jaka berpaling ke arah lain. Padahal hanya berniat memuji, mana Jaka tahu ini ada kaitannya dengan Tiara. Lagian Jaka juga tahu alasan Kevin selalu baik pada perempuan karena ingin membuat mereka senang. Tidak ada sedikit pun niat menyakiti atau membuat kecewa.
"Tapi aku sudah berubah. Jadi aku akan merebut Putri darimu," Kevin menunjuk Jaka dengan nada menantang.
Jaka menyingkirkan tangan Kevin, "Kau terdengar lebih buruk dari yang sebelumnya, Kevin. Dan kau juga sudah pernah mengatakan ini padaku."
"Aku mengatakan pada kepribadian gandamu, bukan padamu. Jadi jaga dia atau aku akan merebutnya darimu."
Tanpa menunggu tanggapan Jaka, Kevin langsung menutup buku yang tadi dibaca kemudian berjalan pergi. Sebelum Jaka dan Putri pacaran, Kevin belum ingin menyerah. Tidak ada yang salah dengan memperjuangkan orang yang disukai selama belum menjadi milik orang lain kan?
•
Walau sekarang sudah jam pulang sekolah, tapi Jaka tidak langsung pulang ke rumah. Dia memutuskan untuk duduk sendirian di kantin. Yang dilakukan adalah berpikir. Karena sudah tidak ada Vian, Jaka harus memikirkan banyak hal sendiri. Dan dia harus repot-repot melakukan ini karena yang jadi bahan pikirannya adalah Putri.
Sekali lagi Jaka tegaskan pada dirinya, dia memang tertarik pada Putri. Lagian gadis itu sudah menerima di saat Jaka mengalami masalah yang paling sulit, jadi untuk apa menyia-nyiakannya? Tapi Jaka tahu ini tidaklah mudah, masih ada hal yang harus dilakukan sebelum benar-benar yakin dengan perasaannya.
Jadi saat Putri tadi mengirm SMS bertanya di mana dirinya sekarang, Jaka membalas pesan dan menunggu untuk menemuinya. Mungkin saja kan dia bisa sedikit lebih tenang setelah bertemu Putri?