Saat tiba-tiba dipanggil ke ruang guru, Jaka hanya bisa menurut walau merasa bingung. Lalu saat lima orang cowok yang merupakan kakak kelasnya menuduh melakukan hal aneh, Jaka tidak mengerti dengan maksud ucapan mereka. Dan saat Kevin membelanya, Jaka semakin heran.
Memang kemarin apa yang dia lakukan?
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Kevin dengan nada aneh saat sudah keluar dari ruang guru dengan Jaka yang terus menatapnya.
"Apa yang terjadi kemarin?"
"Kau tidak tahu?"
Jaka menghela napas, "Untuk apa aku bertanya jika mengetahuinya?"
"Mungkin lebih baik kita bicarakan ini di tempat lain."
Rasanya hal semacam ini pernah terjadi juga saat bersama dengan Putri. Wajah Jaka yang semula penasaran berubah menjadi pucat, dia mulai mengerti apa yang terjadi.
Karena sekarang sedang jam istirahat, Kevin memutuskan mengajak Jaka untuk duduk di kantin, tapi tidak langsung bicara, dia menunggu Jaka bicara duluan.
Dan Jaka tahu yang harus dikatakan terlebih dulu, "Aku dan Vian dulu sempat tidak bisa berbagi pikiran, hal itu membuatku tidak tahu apa yang dilakukannya saat mengambil alih kesadaran."
Dengan mengabaikan perhatian seisi kantin yang tertuju ke arah mereka, Kevin tetap menatap Jaka dengan serius, "Padahal kemarin aku dengar dari Putri kalau kau dan kepribadianmu itu sudah menyatu."
Jaka melirik ke arah lain, jadi Kevin juga marah karena dia menggunakan nama Vian ya? "Iya, sudah, tapi sepertinya itu membuat kepribadianku yang lain terbangun."
"Kemarin dia muncul."
"Setelah Putri pergi meninggalkanku ya?" tanya Jaka memastikan.
Sebenarnya Kevin masih merasa penasaran dengan Putri yang menemui Jaka, tapi hal ini jauh lebih membuatnya penasaran dan bingung, "Iya."
"Apa yang sudah terjadi saat kepribadianku terganti?"
"Kemarin kau membentak kakak kelas yang tadi. Saat kau seperti ingin menghajar mereka, aku menghentikanmu."