Alter Ego

Fani Fujisaki
Chapter #36

35 - Terima Kasih

Di hari Minggu yang cerah ini sangatlah cocok untuk melakukan kencan, tapi Putri sungguh tidak yakin dengan acara kencannya kali ini. Yang dirasakannya sekarang nyaris sama seperti saat dulu kencan dengan Vian. Takut.

Kalau dengan Vian takut diajak ke tempat aneh, tapi saat dengan Nakula takut kencan ini gagal karena yang bersangkutan tidak datang.

Memang jam tujuh pagi Jaka sudah mengirim SMS kalau Nakula pasti datang, tapi apa yang bisa Putri harapkan dari cowok yang takut padanya? Lagian kenapa bukan Jaka dulu yang datang baru berganti kepribadian sih? Kenapa dari rumah harus Nakula yang datang?

Saat mata Putri menangkap sosok seorang laki-laki yang terlihat tidak asing dari kejauhan, rasanya begitu lega usahanya datang ke sini tidak berakhir sia-sia.

Tapi rasa lega itu dengan cepat langsung menghilang dan tergantikan dengan perasaan lain, kesal.

Putri berjalan mendekati Nakula yang terlihat baru terlibat masalah dengan seseorang, "Nakula."

Yang namanya merasa terpanggil langsung terlonjak, entah terkejut atau takut saat mendengar suara perempuan yang tidak asing baginya.

Putri menghela napas sejenak kemudian menatap cowok lain yang tadi hampir terlibat masalah dengan Nakula, "Maafkan teman saya, dia memang cukup tempramen."

Nakula berdecak kesal saat cowok yang tadi menabrak bahunya sudah pergi, tapi wajahnya seketika memucat saat merasakan tatapan menyelidik yang diberikan oleh Putri.

"Tolong jangan membuat ini menjadi merepotkan, Nakula. Aku lelah walau kita belum memulai kencannya."

"Aku tidak ingin kencan denganmu."

Kalau kencan ini dilakukan bukan untuk menyelesaikan masalah Jaka, Putri juga tidak niat pergi dengan Nakula, "Ini untuk kebaikanmu, jangan protes. Ya sudah, kita mau ke mana?"

"Aku tidak ingin jalan-jalan seperti saat dengan Vian minggu kemarin."

Rasanya hari Minggu kemarin Putri kencannya dengan Jaka deh, Vian baru muncul di akhir kencan, "Ingin ke tempat praktik Bu Lia agar lebih memudahkannya?"

"Tidak."

Selain karena penolakan yang terus diterimanya, Putri juga kesal karena Nakula sejak tadi tidak mau langsung menatap wajahnya, "Baiklah, kalau begitu aku yang tentukan. Kita ke cafe."

Nakula menatap kopi yang sudah dipesannya dengan tidak tenang. Sudah lima menit dia dan Putri duduk berhadapan di cafe, dan selama itu tidak ada obrolan yang terjadi.

Karena terasa menegangkan hanya diam saja, Nakula mencoba untuk memulai pembicaraan, "Saat aku tadi ingin pergi, Ayah bertanya padaku. Dan saat kujawab mau pergi kencan, dia terlihat sangat senang."

Reaksi ibu dan ayahnya sama-sama antusias? Putri mencondongkan tubuhnya ke depan karena penasaran, "Benarkah?"

Lihat selengkapnya