Setelah enam tahun berlalu, Jaka akhirnya bisa sembuh dari masalah Alter Ego yang dia alami. Walau sudah benar-benar sembuh, tapi Jaka tetap harus sesekali datang ke psikiater untuk mengecek keadaan.
Orang yang pernah mengalami kepribadian ganda rentan kembali mengalaminya lagi. Jaka tidak ingin mendapat masalah kejiwaan ini lagi. Cukup Vian dan Nakula saja yang pernah berbagi tubuh dengannya. Jangan sampai ada yang lain.
Memang Jaka akan terus mengontrol emosinya agar selalu dalam keadaan stabil, tapi kini dia dihadapkan dengan sesuatu yang sangat membingungkan.
"Halo semuanya! Namaku Alvian, kalian bisa memanggilku Vian. Salam kenal!" seorang laki-laki yang sekarang sedang berdiri di depan kelas memperkenalkan dirinya sambil tersenyum cerah.
Jaka mengucek-ngucek mata untuk memastikan yang sedang dilihatnya tidaklah salah. Tapi cowok yang mengaku bernama Vian itu tetap ada di depan kelas.
Orang ini benar-benar mirip dengan Vian yang pernah berada di tubuh Jaka. Caranya tersenyum, tatapannya yang lembut, sampai sifat riangnya sangatlah mirip.
Walau Jaka dan Vian tidak pernah bertemu secara langsung, tapi Jaka cukup sering melihat video rekaman saat tubuhnya diambil alih oleh Vian. Jadi Jaka tahu.
Dan lagi nama dan sifat Vian diambil dari Kevin, bukan dari cowok bernama Alvian ini. Tapi kenapa murid baru ini sangat mirip dengan Vian? Rasanya Vian yang sudah hilang dari tubuh Jaka tiba-tiba muncul dengan memakai tubuh orang lain.
Bahkan saat tatapan mereka bertemu, Alvian tersenyum padanya seolah berkata, 'aku bisa muncul di kehidupanmu dengan cara yang lain loh.'
Urghhh... kepala Jaka tiba-tiba merasa pusing sekarang.
"Apa aku boleh memanggilmu dengan nama Al saja? Saat kecil aku dipanggil dengan nama Vian, terasa aneh harus memanggil orang lain dengan nama yang sama."
Jaka tidak perlu repot-repot melihat ke arah orang yang bertanya. Pasti Kevin pelakunya.
"Tidak masalah sih. Apa ada orang lain yang juga lebih memilih memanggilku dengan nama Al?"
Dengan cepat Jaka mengangkat tangan kanannya. Di hidupnya cukup ada dua Vian, jangan ditambah jadi tiga.
"Ada empat orang ya? Baiklah, kalau ada lagi yang mau memanggilku dengan nama Al tidak masalah kok."
Selain dirinya dan Kevin, Jaka melihat dua orang lain yang menolak panggilan Vian.
Perempuan yang duduk di samping kanan Jaka, Tiara. Memang perempuan ini pernah menjadi mantan pacar Kevin, dia pasti menolak memanggil cowok selain Kevin dengan nama Vian.
Satu lagi yang menolak adalah perempuan yang duduk di belakang Jaka. Karena sudah berstatus sebagai pacar Jaka dan mengetahui masalah kejiwaannya, wajar Putri ikut menolak memanggil pakai nama Vian.
Pandangan Jaka kembali ke Alvian yang kini sedang ditegur guru karena pengenalan dirinya terlalu lama. Dan si murid baru itu disuruh duduk di samping kiri Jaka yang bangkunya memang kosong.
Setelah Alvian duduk, tatapan mereka kembali bertemu, "Sudah lama tidak ketemu ya, Vian?"
"Eh?" Jaka dibuat terkejut karena Alvian seperti mengenalnya, dan juga terasa aneh nama Vian yang justru disebut.
Selama Jaka mengalami Alter Ego, dia tidak pernah mengenalkan diri memakai nama Vian. Vian juga pasti mengakui dirinya sebagai Jaka. Selain orang-orang yang tahu masalah Jaka, seharusnya tidak ada yang tahu tentang Vian.
Dan lagi mereka dulu punya peraturan, orang yang Vian kenal wajib Jaka kenal juga. Orang lain bisa curiga jika Jaka tidak mengenal seseorang yang harusnya sudah dikenal, jadi semestinya tidak ada kesalahan dalam mengenali orang lain. Tapi Alvian justru menegur dengan nama Vian, bukan Jaka.
"Jangan bilang kamu melupakanku? Kejamnya..."
Bukan lupa, tapi Jaka benar-benar tidak tahu. Dari ingatan Vian yang sudah Jaka dapatkan, tak ada informasi apapun mengenai orang yang memiliki nama Alvian. Sepertinya Jaka tidak mendapatkan semua ingatan milik Vian ya? Ada beberapa ingatan yang mungkin dibawa pergi oleh Vian dan tidak mau dibagi dengan Jaka.
Walau masih merasa bingung, Jaka harus tetap merespon ucapan Alvian, "Maaf, aku tidak bisa mengingatnya."
Alvian tersenyum seolah tidak terlalu mempermasalahkannya, "Jika Vian tidak ingat, kali ini kita harus berteman lebih akrab agar kau tidak melupakanku lagi."
Jaka tidak ingin terlalu akrab dengan Alvian. Cowok ini benar-benar membuatnya harus ingat pada Vian, dan Jaka merasa tidak nyaman harus berhadapan dengan Vian secara face to face.