Alter Psycho

Chronos AI
Chapter #1

PROLOG

“hah-hah-hah.”

“Tolong -hah- tolong, maafkan aku-hah-aku tidak akan-hah-melakukannya lagi-hahah-ampun, kumohon maafkan aku,” teriak seorang pria paruh baya yang berlari terengah-engah.

“Hei, berhenti larinya dong, aku kan perempuan kan susah larinya. Jangan mempersulitku, biarkan aku membunuhmu dengan easy.” Ujar seorang gadis yang berjalan santai sambil memain-mainkan cutter berkarat ditangannya.

“Ya.. walaupun kamu lari, aku bisa kok menangkapmu dari sini.” Lanjut gadis itu dengan senyum lebar yang melengkung diwajahnya.

Detik kemudian, cutter yang berada ditangan gadis itu tiba-tiba melesat hingga menusuk kaki pria itu, ia tersungkur dan meringis kesakitan.

“Ma-maaf, aku -hiks- tidak akan melakukannya lagi -hiks- ku mohon, jangan sakiti aku -hiks- jangan bu-bunuh aku, ku mohon, jika kau membebakanku aku kan memberimu segalanya, apapun, uang? Harta? Akan ku berikan segalanya padamu, jadi ku mohon jangan bunuh aku.” Ucap pria itu memohon dan mencengkram erat kakinya yang mengeluarkan banyak darah segar.

“Hahahahahah hahahah, kau menyuapku? Hahahah, aku tak peduli dengan harta dan kemewahan yang ada, kau tau? Apa yang kuinginkan? Yang kuinginkan ialah NYAWAMU, YA NYAWAMU. Benda tajam yang menancap didagingmu dan mengeluarkan darah seperti saat ini sudah membuatku tergiur.” Ucap gadis itu menekankan katanya dan masih tersenyum lebar didepan pria itu, ia sudah tak sabar melihat darah yang akan menyembur keluar dari tubuh pria paruh baya yang didepannya.

Pria itu bergidik ngeri dan gemetar mendengar kata-kata gadis itu.

Haduh, daripada kamu merengek dan membuat telingaku sakit, lebih baik kamu pilih dengan apa aku harus membunuhmu?” tanya sang gadis yang memperlihatkan sebuah tas besar yang berisi pulpen, gunting, cutter, jarum-jarum, berbagai macam pisau, obeng, kapak, suntik, dan semua benda tajam lainnya yang rata-rata berkarat.

Pria itu semakin gemetar takut melihat apa yang ada dihadapannya, membayangkannya saja sudah membuat tubuhnya gemetar, apalagi jika salah satunya menancap kasar ditubuhnya.

Hahh..” gadis itu menghela napas, “sepertinya kamu tidak berniat menjawabnya, kalau gitu aku pilihkan sendiri gimana?” tanya gadis dengan senyum yang makin lebar dan mata yang besar.

Pria itu hanya diam menatap takut dan gemeteran, hanya mendengar apa yang dikatakan gadis itu.

“Bagaimana kalau pisau ini? Setelah itu baru sabit itu.” Ucap sang gadis menunjuk pisau yang sedikit panjang dan berkarat setelah itu beralih menunjuk sebuah sabit panjang seperti yang dibawa oleh malaikat maut.

Lihat selengkapnya