Pagi itu, tepat pukul 6 pagi, tidak seperti biasanya, ia terbangun di ruang kelas dengan darah yang sudah memenuhi tubuhnya, ia setengah terkejut, tentu saja terkejut, siapa yang tidak terkejut melihat mayat bersimbah darah tepat di hadapanmu?
"Berita terkini, telah ditemukan mayat di kelas pada sekolah xx dan tersanksi utama pada pembunuhan ini adalah A yang merupakan salah satu murid di sekolah tersebut"
"Tik.."
Ia mematikan tv kemudian kembali lanjut melahap makan siangnya.
Tepat setelah dia bangun pagi tadi tak lama kemudian pihak kepolisian datang dan membawanya untuk diintrogasi.
"Apa yang kamu ingat sebelum kamu tertidur di ruang kelas itu?" Tanya salah satu polisi di sana, ia masing terdiam mencoba untuk mengingat semuanya namun, tak ada satupun dari ingatannya yang dapat menjadi bukti.
"Yang dapat ku ingat hanya, aku bertemu guru itu di gerbang sekolah saat pulang sekolah, aku menyapa guru itu, lalu dia memintaku untuk membantunya, aku ingin menolak karena sudah larut pasti orang tua ku akan mencariku," jelas Kalista.
Pihak kepolisian banyak melontarkan pertanyaan padanya, namun tetap saja ia tak dapat ditahan karena ia masih belum cukup umur. Kalista baru saja menginjak umur 13 tahun, ia merasa seseorang menjebaknya agar seakan-akan dia lah yang membunuh guru tersebut.
"Kalista!!"
Terlihat seorang anak laki-laki berlari mendekati Kalista, ia memeluk Kalista dengan erat, sepertinya ia khawatir padanya.
"Kalista, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Fio, Fio adalah teman dekat Kalista sejak kecil mereka lebih terlihat seperti sepasang saudara.
"Haha tenang saja Fi, aku baik-baik saja.. mereka hanya menanyakan tentang apa yang aku liat, tapi sepertinya aku harus mencari siapa pembunuh itu," ucap Kalista sembari mengusap kepala Fio.
Fio menatap Kalista sedih, "tidak!! Pokoknya aku gak bolehin, biarkan aja pihak kepolisian yang mencarinya," tolak Fio dengan tangan yang semakin erat melingkar di tubuh Kalista.
"Aku gak bisa cuma biarin masalah ini diselesaikan begitu aja sama pihak kepolisian, aku harus mencari tau sendiri siapa yang berani menuduhku dan aku harus tau langsung alasan dia melakukan hal ini," jelas Kalista pada Fio.
Fio mengangguk, "baiklah.. kalau begitu aku juga ikut membantu Kalista".
2 hari kemudian, akhirnya sekolah tersebut dapat dibuka kembali. Kalista duduk di bangkunya ia mengambil buku coretannya dan mulai mencoreti sesuatu pada buku itu.
KALISTA POV
Saat sebelum pembunuhan ini terjadi, aku pulang tepat pada pukul 6 sore dan di sekolah saat itu hanya ada aku lalu setelah itu aku bertemu dengan guru ini di gerbang sekolah, berarti si pembunuh ini melakukan aksinya sekitar jam 7 malam.
"Tak mungkin ada murid yang datang pada jam 7, karena gerbang sekolah sudah mau di tutup," gumam ku pelan.
"Bagaimana kalau kita tanyain ke penjaga sekolah?" Tiba-tiba Fio datang dan membuyarkan seluruh isi pikiranku.
"Ohh benar juga, kita bisa nanya ke penjaga sekolah, siapa yang meminjam kunci gerbang pada hari Itu" ucap ku.
Guru datang memasuki kelas kami, sepertinya ia adalah guru baru yang menggantikan guru kami, aku terus menatap guru tersebut ia benar-benar imut padahal umurnya mungkin kisaran 30 tahun, tak lama kemudian jam pelajaran berakhir.
"Kamu, Kalista ya?" Tanya guru itu padaku.