Alternatif Husband

Jesslyn Kei
Chapter #1

Dimana Pengantin Prianya?

"Kenapa sampai jam segini pengantin prianya belum juga datang?" bisik seorang wanita dengan teman wanita disebelahnya.

"Tidak tahu. Mungkin macet di jalan." timpal wanita di sebelahnya yang terdengar pelan dan berhati-hati.

Suara-suara yang menganggu itu tak sengaja kembali terdengar sampai ke ruangan mempelai wanita. Suara-suara itu sungguh sangat menganggu indera pendengaran Eve.

Orang-orang tampaknya kini lebih senang mengunjing di belakang. Meski perkataan mereka memang dan sesuai dengan kenyataan, tapi tak bisakah orang-orang itu lebih menghargai perasaan Eve.

Eve juga tak mungkin bisa menyalahkan siapapun. Terlebih mereka hanya sekadar tamu undangan yang sepertinya sudah tidak sabar lagi menunggu.

Lantas, siapakah yang salah? Eve? Apa ia salah karena terlalu percaya pada Victor, lelaki yang baru beberapa bulan ini berpacaran dengannya? Ya, mungkin anggapan itu benar adanya.

Pada kenyataannya sudah satu setengah jam lebih Eve menunggu kedatangan calon suaminya, namun sampai saat ini tak nampak juga batang hidungnya. Belum lagi tatapan mencemooh dan iba dari para saudara dan kerabat keluarganya, makin membuat Eve merasa sia-sia berada di tempat sakral ini.

Seharusnya Eve bahagia karena hari ini adalah hari pernikahannya, lantas mengapa ia merasa sakit hati? Padahal ia tidak di selingkuhi, namun dadanya terasa sesak saat mendengar suara-suara orang yang sedang membicarakan dirinya. Terlebih sikap dan tatapan mata mereka terlihat meremehkan.

Eve sontak berdiri, melangkah dengan tergesa-gesa kembali ke kamarnya. Eve tak sanggup berada lebih lama lagi disana.

Dilihat dari ornamen dan hiasan penuh bunga, siapapun pasti tahu kalau akan diadakan pesta di rumah ini. Seluruh anggota keluarga besar Eve telah mempersiapkan dengan begitu matang hingga tampak begitu meriah. Maklum saja, yang punya hajatan bukan orang sembarangan. Melainkan seorang pengusaha sukses yang sangat di hormati oleh warga sekitar.

Namun dibalik kemeriahan dan wajah ceria para tamu undangan yang hadir, terselip rona berbeda dari wajah penghuni rumah. Hal itu nampak jelas dari ekspresi wajah Eve yang kini mengurung diri di dalam kamar. Ia menangis sendirian, menjauh dari suara-suara negatif yang barusan di dengar langsung melalui telinganya.

Eve gelisah. Berulangkali ia menghapus air mata yang telah merusak riasan wajahnya. Bagaimana ia tidak menangis? Disaat semuanya telah siap, sang mempelai pria yang akan menikah hari ini dengan dirinya malah tak kunjung datang.

Pikiran buruk seketika merasuki batin Eve. Mengapa sampai jam segini tunangannya itu belum juga datang? Tidak mungkin bukan Victor melupakan hari penting yang sudah mereka rencanakan dari jauh hari? Bagaimana kalau Victor tak jadi datang? Bagaimana jika ia tak menepati janji dan menolak menikah hari ini?

"Tidak mungkin. Victor bukan lelaki pengecut seperti itu," gumam Eve sembari mengeleng kuat.

Lantas apa yang membuat lelaki itu tak kunjung datang? Apa mungkin telah terjadi sesuatu dalam perjalanannya menuju kesini? Hanya membayangkan hal itu saja sudah membuat Eve cemas bukan main. Dengan cepat, ia menyambar ponsel yang tergeletak di atas meja dan segera menghubungi nomor Victor.

"No yang anda tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi."

Eve mendesis kesal, tiap kali ia mendengar suara operator yang menjawab sambungan telepon itu. Wajahnya nampak gusar. Tanpa sadar ia mengigiti ujung kuku, untuk meredakan kegelisahan di hatinya.

Lihat selengkapnya