Tuhan, terima kasih karena Engkau telah menghadirkan dia dalam hidupku. Karena Engkau mengizinkan dia selalu menemaniku, menghiburku, dan mendengarkan curahan hatiku.
Tuhan, aku bersyukur karena Engkau menciptakanku dari tulang rusuknya, aku bersyukur telah menjadi salah satu bagian terpenting dari hidupnya.
Terima kasih karena telah menjadikan ia penjagaku di dunia, dan menjadikan ia penuntunku untuk pulang ke SyurgaMu.
Sejak semalam, hujan membasahi bumi dengan deras tak kunjung henti, bahkan sampai pukul tiga dini haripun hujan masih mengalir deras.
Disaat seperti itu kebanyakan orang masih terjaga dengan mimpi indahnya, belum lagi ditemani dengan selimut yang menghangatkan tubuh karena suhu udara yang dingin sampai menusuk ke tulang.
Membuat setiap orang pasti malas untuk bangkit dari ranjangnya. Namun berbeda dengan Syahila dan keluarga kecilnya, disaat seperti itu mereka malah sedang menunaikan ibadah sholat sunnah tahajjud berjama’ah yang tentu saja dengan diimami oleh suami tercinta.
Sedangkan dirinya menjadi makmum bersama dua buah hatinya yang kembar itu. Kedua putrinya itu sekarang baru menginjak usia lima tahun.
Memang Syahila dan suaminya sengaja mengajarkan ajaran agama Islam sejak dini kepada anak – anaknya, tentu saja dengan tujuan pembiasaan diri agar kelak kedua putrinya menjadi anak yang sholehah tentunya.
Dan nampaknya usaha mereka tidak sia – sia karena kedua putrinya sudah mulai terbiasa menunaikan ibadah sholat lima waktu dan sholat sunnah seperti sholat tahajud yang sedang dilakukan sekarang.
Bahkan saat bulan suci Ramadhan tiba, kedua putrinya berpuasa sampai maghrib sebulan penuh sejak usia empat tahun.
Padahal Syahila atau suaminya tidak pernah memaksakan kedua putrinya itu untuk langsung bepuasa sampai maghrib, itu murni keinginan kedua putrinya yang ingin mencontoh kedua orang tuanya.
Ditambah lagi kedua putrinya itu adalah penghafal Al-Qur’an. Keisha sisulung telah menghafal Al-Qur’an sebanyak tujuh juz, sedangkan Kenisha sebanyak lima juz.
Walau berbeda dua juz, Syahila dan suaminya sangat bersyukur dan bangga kepada dua putrinya. Diusia yang masih sangat muda mereka sudah menjadi penghafal Al-Qur’an.
Dan walaupun suami Syahila yang tak lain adalah CEO dari salah satu perusahaan ternama di Indonesia, namun Syahila tetap mengajarkan kepada anak – anaknya makna kesederhanaan.
Yang mana, Syahila dapatkan dari pengalaman hidupnya, dan ilmu yang ia dapatkan ketika ia masih kuliah dulu. Yaitu kesederhanaan bukan berarti kita harus hidup susah, namun kesederhanaan adalah memakai atau menggunakan sesuatu sesuai kebutuhan.
Sekarang, ia berprofesi sebagai motivator para pemuda pemudi bangsa agar memanfaatkan masa muda dengan sebaik – baiknya. Saat ini, ia berusia dua puluh enam tahun, usianya sama dengan usia suaminya hanya terpaut beberapa bulan saja.
Syahila menikah setelah menyelesaikan S1-nya, kemudian ia melanjutkan pendidikannya S2 dengan mengambil program studi yang sama, dan di kampus yang sama pula.