Usia Syahila kini telah menginjak enam tahun, Syahila melihat para sepupunya yang sudah bersekolah, ia pun mempunyai keinginan untuk sekolah. Awalnya, ia tidak di izinkan oleh kedua orang tuanya, karena ditakutkan akan terjadi hal yang fatal kepadanya, terlebih lagi ia belum melakukan operasi pasang batok. Namun, saat Syahila terus membujuk kedua orang tuanya, terlebih ia selalu membujuk ibunya, akhirnya ia di masukan ke taman kanak – kanak Al – Qur’an.
Setiap pergi ke sekolah, Syahila diantar langsung oleh ibunya. Orang tuanya pun sangat bersyukur karena walaupun Syahila berbeda dengan anak – anak yang lainnya, Syahila termasuk murid yang pintar di sekolahnya. Terbukti saat bagi raport semester satu Syahila mendapat peringkat keempat di kelasnya.
Walaupun hanya peringkat empat, namun orang tua Syahila tidak menyangka bahwa anaknya dapat memasuki peringkat lima besar dikelasnya. Padahal, dahulu dokter sempat memvonis Syahila tidak akan terselamatkan, tapi itu hanyalah perkiraan manusia. Karena Allah tahu yang sebenarnya akan terjadi.
“Baik anak – anak. ibu akan membacakan anak yang telah berhasil memasuki 5 besar. Nama yang dipanggil diharapkan untuk maju ke depan mengambil raportnya sendiri.” Ucap Bu Eli, wali kelas Syahila.
“Peringkat 5 diraih oleh Yudha Aditama, peringkat 4 Syahila Afsheen Myesha, peringkat 3 Nurmala, peringkat 2 Vina Callista, dan peringkat 1 Muhammad Satria Syaifullah. Untuk nama – nama yang dipanggil diharapkan untuk segera maju ke depan.” Kata Bu Eli.
Anak – anak yang dipanggil namanya satu persatu maju ke depan menerima raport dari Bu Eli, di mulai dari anak yang meraih peringkat kelima sampai anak yang meraih peringkat pertama. Dan sampailah pada anak yang terakhir, Satria sang juara kelas menerima raport kemudian ia berjalan ke arah tempat duduknya yang tepat dibelakan Syahila. Namun saat berada di tempat Syahila, Satria berhenti tepat disamping Syahila yang sedang duduk di tempatnya memegang raport yang akan di tunjukan kepada ayahnya.