“Akankah kau tahu bagaimana rasanya membendung rindu? Rindu yang telah lama terbendung dalam hatimu. Namun kau hanya bisa mengadu, kepada Rabb-Mu yang Maha Besar itu.”
Hari yang sangat ditunggu – tunggu oleh setiap santri adalah liburan, dimana liburan adalah hari dimana mereka dapat berkumpul dengan keluarga tercinta. Mengobati kerinduan yang telah terbendung selama kurang lebih enam bulan.
Kesempatan para santri untuk pergi refreshing sekedar untuk mengistirahatkan otak, setelah banyaknya pelajaran yang harus dihafal dan ayat suci Al – Qur’an yang sudah di target setiap harinya.
Sejak shubuh tadi parkiran mulai dipenuhi oleh mobil para wali santri yang akan menjemput anaknya masing – masing. Setelah dibagikan surat perpulangan kepada setiap santri, maka tepat pukul delapan pagi hari ini semua santri resmi memulai liburan yang sangat ditunggu – tunggunya.
Syahila sudah bersiap untuk pulang ke rumahnya, namun liburan kali ini Syahila pulang sendiri dikarenakan kedua orang tuanya tidak bisa menjemputnya karena ada urusan yang tidak bisa di tinggalkan.
Saat Syahila berada di depan asrama, karena terlalu banyaknya orang yang berlalu lalang tak sengaja ia bertabrakan dengan seseorang yang langsung menggenggam tangannya erat.
“Afwan (maaf) bu, saya tidak sengaja.” Kata Syahila sopan sambil tersenyum, dan ia sendiri sedikit terkejut saat melihat orang yang ada dihadapannya itu ternyata ibunya Kiana.
“Iya, gak apa – apa kak. Kak Sya pulang dijemput?” Tanya ibu Farras kepada Syahila.
“Kebetulan orang tua saya tidak bisa jemput bu, karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan.” Jawab Syahila.