“Entah karena sudah lelah sehingga terbiasa ataukah memang hatiku yang sudah menerima apa yang sering mereka katakan?”
Seperti biasa, kebiasaan Syahila pada sore hari adalah merapikan buku – buku yang akan dibawanya ke sekolah esok nanti. Saat merapikan buku pelajarannya, Syahila sambil membuka – buka bukunya takut – takut ada tugas yang harus dikumpulkan besoknya.
Setelah memastikan bahwa tidak ada tugas dan buku – bukunya telah tersusun rapi dalam tas, Syahila mengambil baju dari lemarinya karena ia hendak mandi.
“Astagfirullah, Kia. Kamu ngagetin aja deh.” Ucap Syahila saat mendapati Kiana sudah berada tepat dibelakangnya sambil tersenyum.
“Kak Sya mau kemana?” Tanya Kiana.
“Jajan.” Jawab Syahila asal
“Wah... aku juga mau dong kalau begitu, titip ya.” Kata Kiana kegirangan.
“Ya kamu lihatlah Kiana, aku mau kemana? Aku mau mandi.” Ucap Syahila kesal.
“Loh, tadi katanya mau jajan, tapi sekarang bilangnya mau mandi? Kakak jangan plin plan dong.” Canda Kiana.
“Serah!” Ucap Syahila kesal. Ia hendak keluar dari kamarnya namun gadis itu menghalangi jalannya.
“Kak Sya, aku mau minta uang.” Kata Kiana kemudian.
“Tadi pagikan udah dikasih 10 ribu, emangnya udah habis?” Tanya Syahila.
“Iya, tapi kali ini uangnya bukan buat jajan.”
“Terus buat apa?” Tanya Syahila penasaran, ia akhirnya duduk kembali tidak jadi pergi ke kamar mandi.
“Tapi kakak jangan marah ya.” Kata Kiana mengingatkan, Syahila mengangguk.