Am I a Monster?

sintia indrawati
Chapter #1

Pembunuhan

Seorang gadis berjalan di pelataran sekolah. Sesekali mengeratkan hoddie yang ia pakai. 

Langkahnya semakin cepat ketika mulai banyak suara langkah kaki yang berdentum di belakangnya.

Koridor yang sepi menjadikan suaranya menggaung hingga memekakan telinga. 

Gadis itu tertunduk dengan terus menyeret kakinya dengan cepat ke sebuah kelas.

Sampai tubuhnya terjerembab jatuh di atas lantai saat seseorang tak sengaja menabraknya.

"Aduhh Heh! Sialan! DIMANA MATAMU!"

Kamboja meringis ketika sakit menjalar di punggungnya yang terbentur sudut bangunan ruang kelas yang runcing.

"Ma-maaf.."

Kamboja berniat untuk bangkit berdiri dari posisi jatuhnya. Gadis berambut pirang yang menabraknya segera menarik pergelangan tangan kamboja dengan paksa.

Entah mau di bawa kemana ia seakan kakinya sulit untuk melawan langkah gadis pirang itu. Tubuhnya kaku. Seakan tak punya daya selain menuruti perintah si gadis rambut pirang yang kini melewati sebuah koridor sunyi. Hening tak ada suara apapun. Lantai yang kotor seakan menambah kesan bahwa koridor ini jarang di lalui siswa-siswi di sekolah ini.

Takut. Kamboja terus menggigit bibir bawahnya seakan meredam rasa takutnya itu. Berharap ia akan baik-baik saja setelah ini. 

Tapi sepertinya feeling nya salah.

Tubuhnya di lemparkan ke dalam sebuah gudang. Sekali lagi tubuhnya terjerembab begitu saja. Debu berhamburan menutupi penglihatannya. Pengap seakan ikut mencekik kerongkongannya. 

Gelap. Ia tak suka kegelapan. Hingga secercah sinar dari ventilasi udara ruangan itu menguraikan bayangan si gadis rambut pirang yang masih berdiri di depannya.

"Karna kau sudah membuat masalah denganku.. aku akan memberimu pelajaran!"

Ia merasakan netranya buram. Tenggorokannya semakin tercekat. Tertutup oleh debu yang berhamburan di udara. 

Kamboja menegang. Bayangan itu semakin dekat dan membesar. Hingga ia merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Rambutnya di tarik ke atas. Tubuhnya ikut terangkat. Namun mulutnya masih membisu. Ia enggan mengutarakan rasa sakitnya. Terlebih mungkin bisa membuat orang di depannya bertambah senang untuk mendengar rintihannya.

Bayangan itu tiba-tiba menghilang. Lalu ia merasakan perih di pergelangan tangan kanannya. Cairan merah pekat berhasil mengalir dari goresan daging yang terbelah. Kamboja meringis. Ia menutupi tangannya yang sudah di penuhi cairan merah pekat. 

Lagi. Rambutnya terjambak. Helaian demi helaian rambutnya kini berterbangan tepat di depan matanya. Kini ia merasa ringan di kepalanya. Rambutnya sudah terpotong hampir seluruhnya menyisakan sebagian rambut yang terpotong dengan asal yang hanya menutupi bagian telinganya.

Bayangan itu membesar lagi. Menarik kerah seragam sekolahnya dengan keras.

"Jangan pernah berurusan lagi denganku!"

Lihat selengkapnya