Am I a Monster?

sintia indrawati
Chapter #7

Kabar

Gadis itu masih meringkuk di dalam selimutnya. Kepalanya pening. Tubuhnya terasa lemas. Sepertinya tenaganya sudah terkuras habis. Kamboja mengerjabkan matanya. Menyapu pandangannya ke penjuru ruangan yang tak begitu besar. Hanya ada lemari, meja belajar, toilet, dan tempat tidur yang tidak terlalu besar.

"Kamarku?" Batinnya.

Ia beranjak mendudukan dirinya sambil memegangi pelipisnya yang masih berdenyut.

Sial! Rasanya seperti ada di dunia lain. Entah ia bermimpi apa tadi. Gambaran-gambaran mimpi itu seakan menghilang sejak ia membuka mata. Dia tak paham dengan ini. Menggelengkan kepalanya lalu beranjak untuk membersihkan tubuhnya di guyuran shower.

Butuh waktu lima belas menit Kamboja membersihkan tubuhnya. Aroma lavender menguar di setiap penjuru ruang kamarnya. Aroma yang sangat ia sukai. Aroma yang menenangkan.

Ia duduk di antara meja riasnya yang terletak di sisi tempat tidur. Memperhatikan wajahnya dengan lamat. Goresan-goresan benda tajam itu seakan tak mau hilang dari wajahnya. Rambutnya yang pendek ia rapikan dengan sisir. Poninya? Ah Kamboja baru sadar poninya itu juga sempat di potong oleh Adam sehingga berjajar lurus memanjang dengan alisnya. Dari sisi kanan sampai kiri. Bukan Kamboja percaya diri dengan penampilannya sekarang tapi baginya wajahnya itu sebenarnya tidak terlalu buruk. 

Kulit putih. Wajah oval dengan dua mata bening dan bulu mata yang lentik. Hidung kecil yang mancung dan bibir tipisnya yang semerah cerry.

Kamboja terus memandangi dirinya hingga sekelebat bayangan itu memenuhi pikirannya.

"Kau itu ternyata cantik.. kenapa kau tutupi kecantikanmu?"

Suara Adam terngiang di telinganya membuat wajahnya seketika merona. Ia tersipu. Sampai suara perutnya mengintrupsinya.

Ia memegangi perutnya. Kamboja bahkan lupa kapan terakhir kalinya ia memasukan makanan ke dalamnya. Ia bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menuju ruang dapur.

Memasak sesuatu yang bisa di masak lalu memakannya. 

Rumahnya itu tidak terlalu besar. Tapi jika hidup sendirian di rumah ini tentunya terasa kesepian kan? Tak ada suara apapun. Hanya suara keran yang sesekali menetes di wastafel dapurnya. Juga suara dentingan peralatan makan yang sedang ia gunakan. Kamboja cukup biasa dengan keadaan ini. Sendirian. 

Sendirian.

Dan 

Sendirian.

Hingga mau mati rasanya.

Tapi untuk apa ia mati jika Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup? Setidaknya ia sudah berjuang kan walau hidupnya ini buruk. 

Kesepian memang. 

Kamboja pernah sesekali membeli kucing atau anjing untuk di pelihara. Tapi tak tau mengapa keesokan harinya mereka mati dengan mengenaskan. Mata yang tertusuk garpu. Atau perut yang terburai. Hancur.

Membayangkan saja serasa ingin muntah. 

Lihat selengkapnya